7 Sikap yang Menunjukkan Cintanya Padamu Tidak Benar-Benar Tulus

6 days ago 15

Fimela.com, Jakarta Ada cinta yang tumbuh karena kekaguman, ada yang tumbuh karena kebutuhan, dan ada pula yang tumbuh karena rencana jangka pendek, bukan ketulusan hati. Di balik senyum, janji, dan perhatian yang terlihat manis, sering tersembunyi maksud yang tidak sejalan dengan ketulusan. Seseorang bisa mencintaimu, tapi tidak sungguh ingin menjagamu. Dia bisa mengucap sayang, tapi tak ingin tumbuh bersamamu.

Sahabat Fimela, cinta yang tidak tulus bukan berarti tidak terlihat. Justru dia sering muncul dalam bentuk-bentuk kecil yang luput dimaknai secara dalam. Dan lebih rumitnya lagi, tanda-tandanya bukan tentang kasar atau selingkuh, melainkan tentang cara dia membuatmu merasa sendirian meski berada di sisinya. Inilah tujuh sikap yang diam-diam menunjukkan bahwa cintanya padamu tidak benar-benar tulus. Simak uraiannya berikut ini, ya.

1. Kebaikannya Seperti Transaksi, Bukan Ketulusan

Ketika kebaikan selalu dibarengi dengan harapan untuk dibalas, itu bukan cinta, itu negosiasi. Dia mungkin memberimu hadiah, bantuan, bahkan waktu, tapi semua itu datang dengan catatan kecil: “aku sudah baik, maka kamu harus…”

Sahabat Fimela, orang yang tulus mencintaimu akan memberi tanpa menyimpan kalkulasi. Namun jika setiap sikap baiknya disertai drama saat tak mendapatkan imbalan, maka itu bukan kasih sayang, melainkan investasi emosional yang menuntut keuntungan.

Ketulusan tidak menuntut balasan karena sudah cukup puas dengan membuatmu bahagia. Bila seseorang terus menghitung “jasa”-nya, mungkin kamu hanya sedang dipakai untuk membuktikan nilai dirinya sendiri.

2. Dia Menunjukkan Versi Terbaiknya Hanya saat Diperhatikan Orang Lain

Beberapa orang memperlakukan pasangannya dengan penuh cinta—tapi hanya saat dilihat. Di depan publik, dia tampak menyayangimu. Tapi di balik layar, kamu diperlakukan seperti kewajiban yang harus dijaga citranya.

Ini bukan soal introvert atau malu menunjukkan kasih sayang, Sahabat Fimela. Ini soal inkonsistensi antara sikap di depan dan di belakang. Saat seseorang hanya romantis ketika ada penonton, artinya kamu bukan tujuannya—validasi sosialnya lah yang dia jaga.

Cinta yang tulus tidak memilih waktu atau tempat untuk menghargaimu. Kalau kamu merasa hanya "diakui" saat suasana mendukung, maka besar kemungkinan cintanya adalah bagian dari pencitraan, bukan dari jiwa.

3. Setiap Konflik Diubah Jadi Ajang Menyalahkanmu

Cinta yang dewasa tidak takut konflik. Justru dia menjadikan konflik sebagai ruang untuk saling mengenal lebih dalam. Namun, jika setiap pertengkaran selalu membuatmu jadi pihak yang salah, kamu sedang mencintai seseorang yang tak melihatmu sebagai mitra.

Sahabat Fimela, seseorang yang tidak tulus akan menghindari tanggung jawab dengan memutar logika. Dia bisa membuatmu meminta maaf atas hal yang bahkan bukan salahmu. Dia ingin kamu terus merasa bersalah agar posisinya tetap dominan.

Cinta bukan soal menang dan kalah. Kalau kamu selalu merasa kalah saat berdiskusi, bukan karena kamu salah, tapi karena dia ingin kamu tunduk. Ketulusan tidak butuh dominasi, melainkan kesediaan untuk tumbuh setara.

4. Dia Menghindari Rencana Masa Depan yang Melibatkanmu

Cinta tanpa arah akan berputar-putar di tempat yang sama. Jika dia menghindar setiap kali kamu bicara soal masa depan, atau selalu bilang “jalani saja dulu,” itu bukan tanda fleksibilitas—melainkan sinyal bahwa dia tidak melihatmu di garis akhirnya.

Sahabat Fimela, orang yang tulus tidak akan takut bicara masa depan. Dia akan mempertimbangkan kehadiranmu saat membuat keputusan penting, bukan malah menyembunyikan atau menghindar.

Kalau kamu hanya jadi bagian dari rutinitasnya hari ini, tapi tak pernah masuk dalam rencana esok harinya, maka cintanya hanya berlaku saat ini. Dan itu berarti, kamu bukan prioritas—hanya pelengkap sementara.

5. Dia Selalu Membuatmu Meragukan Diri Sendiri

Cinta yang tulus membuat kita berkembang, bukan terkikis. Tapi orang yang tidak benar-benar mencintai akan sering menyentil rasa percaya dirimu: lewat sindiran kecil, perbandingan dengan orang lain, atau komentar halus yang merendahkan.

Sahabat Fimela, ini cara halus membuatmu merasa "beruntung" memilikinya. Jika kamu terus-menerus merasa tidak cukup baik, atau selalu ragu pada dirimu karena ucapannya, mungkin itulah bentuk manipulasi yang dibungkus cinta.

Cinta yang sehat akan menumbuhkan kepercayaan diri, bukan membuatmu bergantung padanya untuk merasa berharga. Jika dia membuatmu mengecil agar dirinya terlihat besar, itu bukan cinta—itu ego.

6. Dia Terlalu Pandai Memilih Kapan Hadir dan Kapan Hilang

Kehadiran seseorang yang mencintaimu seharusnya terasa konsisten. Tapi jika dia hanya muncul saat butuh sesuatu, lalu menghilang ketika kamu butuh dukungan, maka itu bukan bentuk cinta—melainkan kenyamanan sepihak.

Sahabat Fimela, cinta tulus tidak mengenal “muncul-hilang” sesuai kepentingan. Ketika seseorang hadir hanya saat dia sedang dalam suasana hati baik, artinya kamu bukan tujuan emosionalnya—hanya tempat pelarian saat bosan atau kesepian.

Kehadiran yang tidak stabil membuatmu terus menebak-nebak posisimu dalam hidupnya. Dan cinta yang membuatmu terus bertanya, bukan cinta yang membuatmu tenang.

7. Dia Tak Mau Tumbuh Bersama, Hanya Ingin Kamu Mengikuti

Hubungan yang tulus adalah ruang pertumbuhan bersama, bukan arena dominasi. Jika dia terus mendorongmu untuk berubah tapi tidak pernah mengubah dirinya sendiri, maka cinta itu berat sebelah.

Sahabat Fimela, ketika kamu diminta mengubah gaya bicara, mimpi, teman, bahkan caramu mencintai—tanpa dia melakukan hal yang sama, itu bukan cinta. Itu bentuk ego yang dibungkus harapan seolah demi hubungan.

Seseorang yang benar-benar mencintaimu tidak akan meminta kamu mengorbankan jati diri demi cintanya. Dia justru ingin kalian sama-sama berkembang, berproses, dan bertumbuh sebagai tim. Cinta bukan tentang menjadi ideal bagi satu pihak, tapi menjadi nyata bagi satu sama lain.

Sahabat Fimela, mencintai seseorang yang tidak benar-benar tulus itu seperti berjalan jauh dengan kompas yang rusak. Kamu akan terus bergerak, tapi tak pernah sampai. Ketulusan cinta bukan sekadar kata, tapi hadir dalam tindakan, keputusan, dan konsistensi yang membuatmu merasa dihargai tanpa syarat.

Jika cinta membuatmu lebih sering lelah daripada merasa hidup, maka mungkin saatnya berhenti berjalan bersamanya. Bukan karena kamu menyerah, tapi karena kamu akhirnya memilih untuk disayangi dengan cara yang pantas.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

  • Endah Wijayanti
Read Entire Article
Relationship |