ringkasan
- 7-Year Itch adalah keyakinan populer tentang penurunan kepuasan hubungan setelah sekitar tujuh tahun, yang awalnya merujuk pada kondisi medis dan dipopulerkan oleh film Marilyn Monroe.
- Fenomena ini didukung oleh beberapa statistik perceraian yang memuncak sekitar tujuh tahun, meskipun penelitian lain menunjukkan risiko tertinggi justru di awal pernikahan dan penurunan kepuasan yang bertahap.
- Untuk mengatasi 7-Year Itch tanpa perpisahan, pasangan dapat menerapkan komunikasi terbuka, reinvestasi dalam hubungan, menjaga kebaruan, fokus pada pengembangan diri, dan mencari konseling profesional.
Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, pernahkah Anda mendengar tentang fenomena 7-Year Itch? Istilah ini seringkali muncul dalam diskusi tentang hubungan jangka panjang, terutama pernikahan, yang konon menggambarkan masa kritis.
Secara umum, 7-Year Itch merujuk pada keyakinan populer bahwa kebahagiaan atau kepuasan dalam pernikahan cenderung menurun setelah sekitar tujuh tahun. Penurunan ini seringkali memicu ketidakpuasan, kegelisahan, atau bahkan berujung pada perpisahan.
Namun, benarkah fenomena ini merupakan ancaman nyata bagi setiap pasangan? Mari kita selami lebih dalam asal-usul, penyebab, serta strategi ampuh untuk mengatasi masa-masa krusial ini agar hubungan tetap harmonis dan langgeng.
Asal Mula dan Popularitas "7-Year Itch"
Menariknya, istilah "seven-year itch" awalnya tidak berkaitan dengan hubungan romantis. Frasa ini pertama kali merujuk pada kondisi medis, yaitu ruam kulit akibat infeksi bakteri kudis (scabies). Pada masa itu, penyakit kudis bisa membutuhkan waktu hingga tujuh tahun untuk sembuh total.
Penggunaan modern frasa ini kemudian dipopulerkan oleh sebuah drama pada tahun 1952 berjudul The Seven Year Itch karya George Axelrod. Drama ini menggambarkan seorang pria yang tergoda untuk berselingkuh setelah tujuh tahun menjalani pernikahan.
Popularitas istilah ini semakin melambung ketika drama tersebut diadaptasi menjadi film pada tahun 1955, dibintangi oleh ikon Hollywood Marilyn Monroe. Film inilah yang secara signifikan mengukuhkan "7-Year Itch" dalam budaya populer sebagai metafora untuk krisis hubungan yang terjadi setelah tujuh tahun.
Mengapa "7-Year Itch" Terjadi dalam Pernikahan?
Konsep 7-Year Itch dalam pernikahan mengisyaratkan penurunan kebahagiaan dan kepuasan hubungan setelah beberapa tahun. Kepuasan pernikahan memang cenderung menurun setelah "fase bulan madu" yang biasanya berlangsung dua hingga tiga tahun pertama berakhir.
Sebuah studi oleh Lawrence A. Kurdek, Ph.D., seorang psikolog dari Wright State University, mengidentifikasi dua periode penurunan kualitas pernikahan yang normal. Periode pertama terjadi sekitar tahun keempat, kemungkinan karena penyesuaian peran baru, sementara penurunan kedua seringkali terkait dengan kelahiran anak sekitar tahun kedelapan.
Beberapa alasan psikologis juga berkontribusi pada fenomena ini. Hilangnya kebaruan menjadi faktor utama; di awal hubungan, segalanya terasa baru dan menarik. Namun, seiring waktu, rutinitas terbentuk, dan pasangan mungkin berhenti berusaha memelihara ikatan mereka, menyebabkan keintiman emosional memudar. Stres kehidupan seperti tekanan karier, pengasuhan anak, masalah keuangan, dan dinamika keluarga besar juga dapat menimbulkan ketegangan dan mengurangi ketersediaan emosional satu sama lain.
Selain itu, kerusakan komunikasi juga berperan penting. Kesalahpahaman atau diskusi yang tidak tuntas dapat memicu kebencian. Perselisihan kecil yang tidak terselesaikan berpotensi meningkat menjadi masalah hubungan yang serius. Perubahan individu seiring bertambahnya usia juga bisa menyebabkan pasangan berkembang ke arah yang berbeda, menciptakan jarak emosional jika pertumbuhan tersebut tidak dibagikan.
Benarkah Statistik Mendukung "7-Year Itch"?
Meskipun menjadi keyakinan populer, penelitian mengenai hubungan antara durasi pernikahan dan tingkat perceraian menunjukkan hasil yang bervariasi. Beberapa data statistik memang memberikan dukungan terhadap gagasan 7-Year Itch.
Menurut National Center for Health Statistics, durasi rata-rata pernikahan yang berakhir dengan perceraian adalah 7,2 tahun pada tahun 1989 dan 1990. Studi terbaru dari Divorce-Online juga mengklaim bahwa jumlah perceraian tertinggi terjadi pada tanda tujuh tahun, khususnya bagi Generasi X.
Namun, ada pula pandangan berbeda yang menyanggah bahwa risiko perceraian tidak meningkat secara signifikan pada sekitar tahun ketujuh pernikahan. Penelitian lain, termasuk yang diterbitkan dalam Journal of Family Psychology, menemukan bahwa risiko perceraian justru tertinggi pada tahun-tahun awal pernikahan, terutama dalam dua tahun pertama. Kepuasan pernikahan cenderung menurun secara bertahap seiring waktu, bukan melonjak tajam pada tanda tujuh tahun.
Strategi Ampuh Mengatasi "7-Year Itch" Tanpa Berpisah
Jika Sahabat Fimela dan pasangan mulai merasakan gejala ketidakpuasan atau kegelisahan, jangan khawatir. Ada banyak strategi proaktif yang dapat diterapkan untuk memperkuat kembali ikatan hubungan Anda.
Komunikasi Terbuka adalah kunci utama. Berkomunikasilah secara jujur tentang perasaan, kekhawatiran, dan kebutuhan masing-masing. Lakukan "check-in" secara teratur, baik formal maupun informal, untuk membahas apa yang berjalan baik dan apa yang perlu diperbaiki. Atasi masalah segera setelah muncul, jangan biarkan menumpuk hingga menjadi lebih besar.
Selanjutnya, reinvestasi dalam hubungan Anda. Ekspresikan cinta dan komitmen secara teratur; jangan berasumsi pasangan sudah tahu. Rayakan setiap pencapaian, seperti ulang tahun pernikahan atau momen spesial lainnya. Tunjukkan penghargaan dan rasa terima kasih setiap hari melalui tindakan kecil, seperti membantu pekerjaan rumah tangga, merencanakan kencan romantis, atau memberikan hadiah yang bermakna.
Penting juga untuk menjaga kebaruan dan kegembiraan. Tambahkan keragaman dalam kehidupan bersama dan jaga agar hubungan tetap menarik. Rencanakan petualangan baru atau kegiatan yang tidak konvensional bersama setiap bulan. Jika keintiman fisik atau non-seksual berkurang, tingkatkan kembali dengan berpegangan tangan atau berpelukan lebih sering.
Jangan lupakan fokus pada diri sendiri dan persahabatan. Bekerja pada pengembangan diri masing-masing akan membuat Anda menjadi individu yang lebih utuh. Pelihara juga persahabatan yang kuat dengan pasangan Anda, karena hubungan yang sehat adalah interaksi antara dua individu yang bahagia dan mandiri.
Terakhir, jika tantangan terasa terlalu berat, jangan ragu untuk mencari konseling pasangan. Bantuan profesional dapat menjadi pengubah permainan. Seorang konselor dapat memfasilitasi komunikasi yang terbuka, membantu mengidentifikasi akar masalah, dan menyalakan kembali keintiman emosional. Disarankan untuk mencari konseling sebelum masalah menjadi terlalu parah, sebagai langkah pencegahan dan perbaikan.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.
Fashion10 Rekomendasi Model Baju Bridesmaid Brokat Non Hijab untuk Tampil Anggun di Pesta Pernikahan
Bagi bridesmaid yang tidak mengenakan hijab, brokat memberikan keleluasaan desain yang memungkinkan eksplorasi berbagai model dan siluet yang dapat menonjolkan keindahan kain serta bentuk tubuh mereka.
Relationship3 Persiapan Penting yang Harus Kamu Pikirkan untuk Mewujudkan Pernikahan Impian
Sebelum melaksanakan pernikahan, perhatikan persiapan-persiapan penting ini terlebih dahulu.
LifestyleMengenal Istilah Tradewife, Fenomena Gaya Hidup Istri Tradisional yang Viral di Medsos
Ingin tahu apa itu tradewife? Mari mengenal istilah tradewife, fenomena gaya hidup istri tradisional yang kini viral dan penuh kontroversi.
Relationship7 Alasan Zodiak Tidak Mau Buru-Buru Menikah
Menikah bukan hanya soal cinta, tetapi juga kesiapan mental, emosional, fisik, dan finansial. Inilah 7 alasan zodiak memilih tidak terburu-buru menikah, versi Fimela.
Relationship7 Tips Mempersiapkan Pernikahan di Usia Hampir 40 tanpa Tekanan
Menikah di usia hampir 40 bukan soal mengejar waktu, melainkan tentang menciptakan kedamaian bersama seseorang yang sejalan. Simak 7 tips praktis dan dewasa mempersiapkan pernikahan tanpa tekanan sosial, dengan ketegasan dan kendali diri.