Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, rasanya tidak ada yang lebih menyakitkan dibanding menghadapi kritik yang datang dari orang yang kita sayangi. Saat komentar tajam atau saran datang dari keluarga, sahabat, atau pasangan, emosi sering kali naik lebih cepat dibanding logika. Bukan karena kita terlalu sensitif, tetapi karena ada perasaan kecewa, tidak dipahami, atau bahkan terluka ketika orang yang kita anggap ‘paling mengerti’ justru menjadi sumber tekanan emosional.
Kritik dari orang terdekat memang sering terasa lebih menyakitkan, apalagi jika disampaikan tanpa empati atau timing yang tepat. Tapi, justru karena mereka adalah orang yang dekat, penting untuk bisa mengelola emosi dengan sehat agar hubungan tidak rusak dan kamu tetap bisa menjaga kendali atas dirimu sendiri.
Berikut ini Fimela rangkum beberapa cara mengelola emosi secara sehat saat menghadapi kritik dari orang terdekat.
Memberi Jeda Sejenak agar Emosi Tidak Meledak
Memberi jeda adalah langkah awal yang sangat penting. Saat kamu menerima kritik dan merasa tersinggung atau marah, jangan langsung membalasnya karena kamu mungkin akan menyesali apa yang kamu katakan saat itu. Cobalah untuk berhenti sejenak, menarik napas dalam-dalam, lalu sadari bahwa emosi dalam dirimu saat itu sedang memuncak.
Memberi jeda untuk bereaksi bukan berarti lari dari masalah, melainkan bentuk pengendalian diri. Ketika kamu memberikan waktu bagi diri untuk mencerna perkataan mereka, respons yang kamu berikan nanti akan jauh lebih bijak dan rasional.
Validasi Emosimu Tanpa Menyalahkan Diri Sendiri
Mengelola emosi bukan berarti menyangkal perasaan yang kamu rasakan. Jika kamu merasa sakit hati, marah, atau kecewa atas kritik yang disampaikan, itu valid. Emosi adalah reaksi alami yang dikeluarkan ketika dihadapkan pada situasi yang tidak sesuai harapan.
Bagian terpentingnya adalah untuk tidak larut menyalahkan diri sendiri. Katakan pada dirimu bahwa, “Aku merasa marah karena kritik itu membuatku merasa tidak dihargai,” alih-alih menyimpulkan bahwa perasaanmu terlalu berlebihan. Validasi ini akan membantu kamu memahami akar emosi dan mencari cara penyelesaian yang lebih bijak.
Dengarkan Isi Kritiknya, Bukan Cara Menyampaikannya
Memang tidak mudah mendengar kritik, apalagi saat disampaikan secara frontal oleh orang terdekat. Namun, cobalah untuk mendengarkan sampai tuntas. Fokus pada isi kritik, bukan caranya. Lalu tanyakan pada diri sendiri: Apakah ada poin yang bisa diambil dari kritikan ini? Apakah mereka menyampaikannya karena peduli?
Saat kamu bisa memisahkan isi pesan dari nada emosi yang menyertainya, kamu akan lebih bijak dalam menerima masukan, bahkan dari kritik yang awalnya terasa menyakitkan.
Komunikasikan Perasaanmu dengan Tenang
Setelah kamu bisa mengenali emosi dalam dirimu dan mencerna kritik orang lain, beranikan diri untuk menyampaikan perasaanmu dengan tenang. Misalnya, kamu bisa berkata jujur bahwa meskipun niatnya baik, akan tetapi cara penyampaian orang tersebut membuatmu merasa tertekan. Komunikasi asertif seperti ini membuka ruang dialog yang sehat, dibanding membalas dengan nada tinggi atau malah memendam sakit hati.
Ubah Kritik Menjadi Refleksi Diri, Bukan Beban
Kritik bukanlah suatu hukuman. Kamu bisa memilih untuk menjadikannya sebagai kaca untuk refleksi diri, alih-alih tertusuk oleh serpihannya. Coba pikirkan kembali kritik yang disampaikan orang lain, lalu refleksikan apakah memang ada yang bisa diperbaiki, atau justru kamu makin yakin bahwa kamu sudah berada di jalur yang benar. Tidak semua kritik harus diikuti, tapi setiap kritik bisa dijadikan bahan pertimbangan untuk tumbuh.
Sahabat Fimela, saat kamu bisa menerima kritik dari orang terdekat tanpa terbawa emosi sesaat, itu menunjukkan bahwa kamu adalah perempuan kuat yang punya keteguhan hati.
Because every female is Fimela.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.