Fimela.com, Jakarta Pernahkah kamu merasa terjebak dalam hubungan yang menyakitkan, meskipun kamu tahu itu buruk? Mungkin kamu mengalami trauma bonding. Ini terjadi ketika seseorang membentuk ikatan emosional kuat dengan pelaku pelecehan, meskipun mengalami kekerasan fisik, verbal, atau emosional. Siklus pelecehan dan kebaikan palsu membuat korban sulit melepaskan diri. Mengapa? Karena ada penguatan berkala yang membuat korban merasa ada harapan, meskipun harapan itu palsu.
Trauma bonding bukan hanya terjadi pada pasangan romantis, Sahabat Fimela. Ini bisa terjadi dalam berbagai hubungan, seperti orang tua dan anak, atasan dan bawahan, bahkan dalam kelompok pertemanan. Ketidakseimbangan kekuasaan menjadi kunci. Korban merasa tak berdaya, takut kehilangan, atau bahkan diancam. Ini menciptakan lingkaran setan yang sulit diputus.
Bagaimana cara mengenali trauma bonding? Perhatikan pola hubungan yang berulang: pelecehan diikuti kebaikan. Korban merasa bersalah, malu, dan bergantung secara emosional pada pelaku. Mereka mungkin membenarkan perilaku pelaku dengan berbagai alasan. Ini adalah tanda bahaya yang perlu Sahabat Fimela waspadai.
Mengenali Pola Berbahaya Trauma Bonding
Trauma bonding ditandai dengan siklus pelecehan dan penguatan positif. Pelaku akan bergantian antara menyakiti dan menunjukkan kebaikan, menciptakan ketergantungan emosional yang kuat. Ini seperti mesin slot yang selalu memberikan sedikit harapan, membuat korban terus bertahan.
Ketidakseimbangan kekuasaan juga menjadi ciri khas. Pelaku memegang kendali penuh, membuat korban merasa tak berdaya dan sulit untuk melawan atau meninggalkan hubungan tersebut. Korban sering merasa terisolasi secara sosial, memperkuat perasaan terjebak dan ketergantungan pada pelaku.
Rasa bersalah dan malu juga berperan besar. Korban mungkin menyalahkan diri sendiri atas perilaku pelaku, memperkuat ikatan yang menyakitkan. Mereka mungkin mengalami distorsi kognitif, yaitu cara berpikir yang salah untuk membenarkan perilaku pelaku.
Bebas dari Jeratan: Langkah Menuju Kemerdekaan
Melepaskan diri dari trauma bonding bukanlah hal mudah. Ini membutuhkan keberanian dan dukungan dari orang-orang terdekat. Langkah pertama adalah mengakui bahwa kamu berada dalam situasi yang tidak sehat.
Cari bantuan profesional. Terapis dapat membantumu memahami dinamika hubungan, membangun kepercayaan diri, dan mengembangkan strategi untuk melepaskan diri dari siklus pelecehan. Dukungan kelompok juga dapat memberikan tempat yang aman untuk berbagi pengalaman dan mendapatkan kekuatan dari sesama.
Ingat, Sahabat Fimela, kamu tidak sendirian. Banyak orang telah berhasil melepaskan diri dari trauma bonding. Dengan bantuan yang tepat, kamu juga bisa bebas dari jeratan hubungan yang menyakitkan dan membangun kehidupan yang lebih sehat dan bahagia.
Membangun Kehidupan Baru Setelah Trauma Bonding
Setelah memutuskan trauma bonding, Sahabat Fimela perlu fokus pada penyembuhan dan membangun kehidupan baru. Ini membutuhkan waktu dan kesabaran. Jangan ragu untuk meminta bantuan dari orang-orang terdekat, keluarga, atau teman yang mendukungmu.
Kembangkan hobi baru, bergabung dengan komunitas, atau ikuti kegiatan yang membuatmu bahagia. Bangun kembali kepercayaan diri dan harga dirimu. Ingat, kamu pantas mendapatkan hubungan yang sehat dan bahagia.
Sahabat Fimela, trauma bonding adalah ikatan yang menjebak, tetapi kamu bisa melepaskannya. Jangan ragu untuk mencari bantuan dan membangun kehidupan yang lebih baik untuk dirimu sendiri.
Trauma bonding merupakan kondisi yang serius dan membutuhkan penanganan profesional. Sahabat Fimela, jangan ragu untuk mencari bantuan jika kamu atau orang terdekatmu mengalami hal ini. Ingat, kamu berhak mendapatkan kebahagiaan dan hidup bebas dari kekerasan.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.