Sindir Purbaya, Hasan Nasbi: Budaya Politik Kita Tidak Suka yang Koboi

2 hours ago 1
Hasan Nasbi

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Kepala Kantor Kepresidenan (PCO), Hasan Nasbi, angkat bicara soal dinamika pro dan kontra yang selalu muncul dalam dunia politik.

Ia menegaskan bahwa perbedaan dukungan terhadap figur publik merupakan sesuatu yang lumrah.

“Mau pro-Jokowi, anti-Jokowi itu biasa dalam politik," ujar Hasan dikutip pada Kamis (20/11/2025).

Namun cara menyampaikan dukungan atau kritik sering menjadi penentu sikap publik.

"Mau pro-Prabowo, anti-Prabowo, biasa dalam politik. Mau pro-Mega, anti-Mega, dalam politik itu biasa,” tegas Hasan.

Dikatakan Hasan, hal yang paling penting bukan pada posisi dukungan, tetapi pada substansi pendapat tersebut.

“Nah sekarang isinya. Isi pro dan kontranya apa? Kalau isi pronya masuk akal, orang akan makan begitu juga," Hasan menuturkan.

"Tapi kalau isi pronya gak masuk akal atau isi kontranya gak masuk akal, orang juga gak ngeliat itu sebagai sesuatu yang perlu dimakan,” tambahnya.

Kata Hasan, kultur politik masyarakat Indonesia cenderung tidak menyukai gaya komunikasi yang keras atau agresif.

“Karena dalam politik kita, dalam budaya kita, sebagian besar masyarakat itu hidup dalam budaya, kultur, sosial, politik yang gak suka dengan orang yang koboi-koboi gitu. Gak suka dengan orang yang kenceng ngomongnya. Karena dianggap agresif,” terangnya.

Meski gaya bicara keras kadang disambut riuh dalam forum tertentu, Hasan mengingatkan bahwa dukungan semacam itu tidak mewakili suara publik secara keseluruhan.

“Memang tepuk tangannya ramai. Wah tepuk tangannya rame. Kalau ada orang yang berani kritik, berani hantam, berani apa segala macam, yang outspoken gitu," bebernya.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:

Read Entire Article
Relationship |