Yasika Aulia Ramadhany (rambut terurai) saat launching salah satu SPPG miliknya. (INT)
Fajar.co.id, Makassar -- Nama Yasika Aulia Ramadhany beberapa hari terakhir ramai jadi pembahasan. Pasalnya, dia memiliki 41 SPPT yang tersebar di berbagai daerah di Sulsel.
Hal itu pun memantik peneliti ISEAS Yosuf-Ishak Institute, Made Supriatma menuliskan analisisnya, Kamis (20/11/2025). Melalui akun media sosialnya, pria asal Bali itu menyebut Yasika sebagai Ratu MBG. Berikut analisa Made:
Yasika Aulia Ramadhany adalah seorang mahasiswi. Usianya baru 20 tahun. Masih sangat muda. Namun tidak seperti mahasiswi pada umumnya, ia bisa digolongkan sebagai "pengusaha." Ia memiliki 41 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Ini adalah istilah dari dapur MBG.
Dapur SPPG miliknya tersebar di empat kota di Provinsi Sulawesi Selatan: 16 di Kota Makassar, 3 di Parepare, 2 di Gowa, dan 10 di Kabupaten Bone. SPPG itu dikelola oleh yayasan-yayasan secara formal namanya berbeda-beda. Namun sebenarnya "pemilik" yayasan tersebut hanya satu, yang diakuinya sebagai Yayasan Yasika Group.
Tentu ada pertanyaan disini. Mengapa yayasan bisa berubah menjadi badan usaha? Saya tidak tahu jawabannya. Yang jelas, dari beberapa data yang pernah saya dapati, sebagian besar SPPG itu dikelola oleh yayasan. Dan sebagian besar nama yayasan itui berbau yayasan keagamaan.
Di daerahnya, Yasika Aulia bukan orang sembarangan. Dia adalah putri dari wakil ketua DPRD Provinsi Sulawesi Selatan, Yasir Mahmud. Ayahnya itu adalah politisi Partai Gerindra, partai yang sekarang berkuasa. Mereka berasal dari Bone.
Selama ini, kita tahu bahwa MBG itu dijalankan oleh Badan Gizi Nasional (BGN). Ia program yang tersentralisasi. BGN merekrut para pengelola SPPG dengan persyaratan yang lumayan ketat terutama dari sisi permodalan. Satu SPPG mendapat beaya sebesar rata-rata Rp 10 milyar per tahun.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:


















































