
FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah polemik seputar latar belakang pendidikan Wakil Presiden, Gibran Rakabuming Raka, Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Muhammad Cholil Nafis, turut memberikan pandangannya.
Kiai Cholil menilai bahwa pendidikan tetap menjadi hal penting bagi seorang pemimpin.
Meski ijazah bukan satu-satunya ukuran kecerdasan, ia menyebut dokumen tersebut menunjukkan bahwa seseorang telah menempuh proses belajar secara formal.
“Meskipun ijazah itu tak berarti pintar tapi minimal berarti sudah sekolah,” ujar Cholil di X @cholilnafis, Minggu (5/10/2025).
Ia menegaskan, seorang calon pemimpin seharusnya memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dibanding masyarakat yang dipimpinnya.
“Kalau wajib minimal sekolah itu 12 tahun, mestinya calon pemimpin melebih yang dipimpin,” tegasnya.
Cholil kemudian mengaitkan pandangannya dengan prinsip kepemimpinan dalam Islam.
Ia mencontohkan bagaimana seorang imam dalam salat dipilih karena memiliki kualitas yang lebih baik dari makmumnya.
“Islam sering mengumpamakan dengan salat di mana imam itu harus yang lebih dari makmum,” imbuhnya.
Kata Cholil, ukuran lebih dalam konteks tersebut mencakup kemampuan dan keteladanan moral.
“Yaitu lebih fasih dan lebih saleh,” tandasnya.
Sebelumnya, Dosen IPB University, Meilanie Buitenzorgy, menilai klarifikasi yang diberikan Management Development Institute of Singapore (MDIS) terkait status pendidikan Gibran Rakabuming Raka masih belum memuaskan publik.
Menurutnya, lembaga pendidikan asal Singapura itu belum menyampaikan hal yang paling mendasar, yaitu bukti konkret mengenai jalur masuk Gibran ke kampus tersebut.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: