
Oleh: Sujono Said
(Praktisi Pendidikan)
Jika kita flash back ke belakang, kira-kira sekitar 20 tahun yang lalu, ketika industri bisnis layanan jasa warung internet (warnet) masih merajai dunia maya, komunikasi pun masih bersifat dua arah.
Polanya, melalui surat, sebagaimana pola yang berlaku sejak zaman dahulu hingga saat itu. Aplikasi yang digunakan kala itu adalah IRC (Internet relise chat) dan surat elektronik atau email.
Email adalah platform yang disediakan oleh website seperti Yahoo, Gmail, rocketmail, dan lain sebagainya.
Pengguna fasilitas tersebut kala itu adalah para mahasiswa, akademisi, para aktivis, karyawan instansi pemerintah dan swasta, dan kalangan terbatas yang memenuhi kebutuhannya lewat komunikasi berbasis online.
Seiring dengan perkembangan pola komunikasi, maka penyedia provider menyiapkan fasilitas yang dikenal dengan istilah mailing list (milis) yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah ruang bincang.
Jika saat ini, kita tidak asing dengan istilah group sebagai wadah untuk mengobrol dan mengobral di sosial media seperti itulah pola kerja ruang bincang kala itu.
Selain mailing list, yahoo juga kala itu menyediakan ruang bincang yang sifatnya personal dan penggunanya sudah meluas ke kalangan muda-mudi dan pelajar yang dinamai Yahoo mesanger (YM).
Seiring pesatnya perkembangan internet, pada tahun 2006 kaum remaja yang terdiri atas pelajar dan mahasiswa disuguhi wadah yaitu situs berbasis friendship interaction yang bernama friendster.
Situs ini, adalah imitasi dari Mailing list. Hanya saja, mailing list digunakan untuk hal yang sifatnya formal seperti sharing dan diskusi. Sedangkan friendster, digunakan untuk komunikasi yang sifatnya informal. Mulai dari kenalan, hoho hihi, hingga menjalin cinta monyet😊.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: