Andy F Noya
FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Wartawan senior, Andy F. Noya, mengungkap kisah tragis yang menimpa kakeknya, Jopie Risakotta Klaarwater, seorang pegawai penjara yang menjadi korban pembantaian anti-PKI pada tahun 1960-an di Watampone, Bone, Sulawesi Selatan.
Jopie dibunuh bersama puluhan tahanan lainnya dan dimakamkan di kuburan massal yang hingga kini menjadi misteri. Ibu Andy, Mady, adalah salah satu dari lima anak Jopie.
Andy menceritakan bahwa sang kakek saat itu merupakan kepala penjara di Watampone.
"Jadi kakek saya ini kepala penjara di Watampone, di Bone. Waktu itu sekitar tahun 1965," ujar Andy dikutip pada Sabtu (6/12/2025).
Ia menjelaskan bahwa situasi Indonesia kala itu tengah berada dalam kondisi mencekam setelah isu pembunuhan para jenderal di Jakarta mencuat ke publik.
"Di Jakarta kan, istilah lubang buaya, para jenderal dibunuh. Isu lubang buaya ini rupanya sampai juga ke Bone," sebutnya.
Dikatakan Andy, ketegangan nasional tersebut kemudian ikut merembet ke Watampone, sehingga suasana semakin tidak terkendali.
“Dan situasinya mencekam sekali. Kebetulan ketika kakek saya itu jadi kepala penjara di Bone itu," Andy menuturkan.
Saat itu, ujar Andy, terdapat tahanan yang dititipkan ke penjara tersebut dan dianggap terindikasi bagian dari Partai Komunis Indonesia (PKI).
“Ada tahanan yang dititipkan, tahanan ini terindikasi PKI, Partai Komunis Indonesia," ungkapnya.
Namun gelombang kemarahan massa mulai muncul dan tuntutan agar tahanan dibebaskan semakin keras.
“Nah di Watampone mulai bergejolak juga, jadi massa itu marah minta agar tahanan dikeluarkan," imbuhnya.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:















































