
FAJAR.CO.ID -- Kebijakan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) membagikan bantuan perangkat digital Televisi Interactive Flat Panel (IFP) ke sekolah asing dan sekolah standar internasional menjadi sorotan publik.
Pemerintah dinilai lebih mementingkan pembagian 288 ribu TV interaktif kepada sekolah orang mampu, bahkan penyelenggara pendidikan asing, dibanding menaikkan gaji para guru.
Kebijakan Kemendikdasmen ini kemudian mendapat banyak kritikan di media sosial. Usai disorot dan dikritik, Kemendikdasmen akhirnya membatalkan rencana untuk membagikan TV interaktif ke sekolah asing dan sekolah berstandar internasional lainnya.
Keputusan membatalkan pembagian bantuan TV interaktif ke sekolah-sekolah asing dan sekolah internasional itu diumumkan pada Sabtu (23/8/2025) setelah ramai kritik publik di media sosial.
Pengamat pendidikan, Ina Liem, menilai pembatalan ini tak lepas dari tekanan masyarakat.
Menurutnya, publik berhasil menyelamatkan anggaran negara dengan mengawal isu pengadaan perangkat bernilai besar tersebut.
Dia menilai kebijakan pemerintah membagikan TV flat 75 inchi ke sekolah SPK berstandar internasional itu keliru. Sebab, sekolah yang juga mendapat bantuan seperti Binus School, German School, British School, Gandhi School dan sekolah lainnya yang mampu secara finansial untuk membeli TV panel tersebut.
Ina Liem dalam unggahan video di akun TikTok-nya pada Jumat, 22 Agustus 2025 menyebutkan bahwa sekolah-sekolah diminta mengisi formulir kesediaan menerima flat panel tersebut. Termasuk sekolah yang jelas mampu secara finansial membeli IFP juga diminta mengisi formulir tersebut.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: