 Direktur Eksekutif Lingkar Madani (LIMA) Indonesia, Ray Rangkuti -- ricardo/jpnn
									Direktur Eksekutif Lingkar Madani (LIMA) Indonesia, Ray Rangkuti -- ricardo/jpnn
							FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) atau Whoosh belakangan ini terus menjadi perbincangan hangat berbagai elemen masyarakat. Dugaan terjadinya praktik korupsi dalam proyek tersebut memantik semua pihak untuk menanggapi.
Isu mengenai kereta cepat ini mulai jadi perbincangan hangat masyarakat setelah terungkap fakta bahwa proyek tersebut kini didera utang ratusan triliun, tepatnya sekitar Rp116 miliar.
Polemik mengenai Whoosh semakin jadi perhatian setelah Menteri Keuangan (Menkeu), Purbaya Yudhi Sadewa dengan tegas menolak adanya pihak tertentu yang menginginkan agar utang Whoosh tersebut ditalangi APBN.
Kasus Whoosh semakin menjadi pusat perhatian setelah mantan Menko Polkam, Mahfud MD memberikan pernyataan mengenai dugaan markup atau penggelembungan anggaran pada proyek kereta cepat tersebut.
Belakangan, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengakui jika lembaganya sudah melakukan penyelidikan terhadap proyek kereta cepat sejak awal 2025.
Direktur Eksekutif Lingkar Madani (LIMA), Ray Rangkuti pun mengaku heran dengan pernyataan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam menyelidiki kasus penggelembungan biaya atau markup pembangunan Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) atau Whoosh.
"Agak mengherankan memang," kata Ray melalui layanan pesan, Jumat (31/10).
Sebab, kata dia, KPK sempat menyatakan telah menyelidiki kasus markup Whoosh pada awal 2025 atau sekitar sepuluh bulan.
Namun, Ray merasa pengusutan kasus markup Whoosh tak menemui kejelasan dengan tak ada sosok yang ditetapkan tersangka.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:

 9 hours ago
                                5
                        9 hours ago
                                5
                    
















































