Herwin Sudikta.
FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Sorotan publik terhadap proyek digitalisasi pajak senilai Rp1,2 triliunbmilik Kementerian Keuangan (Kemenkeu) terus bergulir.
Terbaru, pegiat media sosial, Herwin Sudikta, menyinggung dugaan bahwa proyek tersebut justru dikerjakan dengan kualitas yang dinilai tidak sebanding dengan nilai kontraknya.
Herwin menyebut kondisi ini ironis, mengingat Kemenkeu selama ini dikenal sebagai lembaga yang paling sering menggaungkan efisiensi dan transparansi pengelolaan anggaran.
“Ironis! Proyek besutan Kemenkeu, kementerian yang paling lihai ceramah soal efisiensi dan tata kelola anggaran, tapi begitu giliran urusan dapurnya sendiri, borosnya minta ampun!,” ujar Herwin kepada fajar.co.id (27/10/2025).
Dikatakan Herwin, publik selama ini seolah dipaksa percaya bahwa Kemenkeu di bawah kepemimpinan Sri Mulyani Indrawati telah menjadi simbol pemerintahan yang bersih dan efisien.
“Selama ini kita dipaksa percaya bahwa Kemenkeu era Sri Mulyani sudah bersih, sudah efisien, sudah transparan," sebutnya.
Ia bahkan menyinggung reputasi internasional yang selama ini melekat pada mantan pejabat Bank Dunia tersebut.
"Apalagi dengan predikatnya sebagai Menteri Keuangan Terbaik versi World Bank,” Herwin menuturkan.
Namun, kata Herwin, bocornya informasi mengenai dugaan ketidakefisienan dalam proyek Coretax membuktikan bahwa klaim tersebut patut dipertanyakan.
Ia menilai proyek dengan nilai fantastis itu justru mencerminkan kelemahan tata kelola di tubuh Kemenkeu sendiri.
“Tapi proyek Rp1,2T yang amburadul ini membuktikan satu hal,” tegasnya.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
















































