Berkaca dari Kasus Poso dan Ambon, Kemenag Singgung Rendahnya Literasi Toleransi Beragama

3 hours ago 2
Staf Khusus Menteri Agama Bidang Kebijakan Publik, Media, dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), Ismail Cawidu di Jakarta, Rabu (5/11/2025).

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Program toleransi umat beragama menjadi program prioritas Kementerian Agama (Kemenag). Sebab, itu menjadi modal utama dalam melaksanakan pembangunan.

Pernyataan tersebut diungkapkan Staf Khusus Menteri Agama Bidang Kebijakan Publik, Media, dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), Ismail Cawidu di Jakarta, Rabu (5/11/2025).

Ia mengungkapkan, peristiwa kelam yang mencederai toleransi sangat menyita energi, seperti kasus Poso, Maluku dan di sejumlah wilayah di Indonesia lainnya.

“Potensi intoleransi di Indonesia sangat besar, mulai agama dan kepercayaan hingga politik,” ungkapnya.

“Dan tantangan yang kita hadapi saat ini sangat besar, seperti rendahnya literasi toleransi di masyarakat,” imbuhnya.

Ia menilai, banyak bidang kehidupan yang dapat memicu intoleransi, sehingga media memiliki peran penting sebagai edukator dalam memberikan pemahaman kepada publik.

“Apa peran media? Media sebagai edukator. Memberikan fungsi pendidikan. Dari medialah pemahaman dan pendalaman toleransi bisa dilakukan. Di ruang media itulah bisa berdialog. Media sebagai pengawas,” jelasnya.

Menurutnya, perkembangan teknologi juga menghadirkan tantangan baru. “Dalam teknologi, influencer ada yang berurusan dengan publik yang itu memicu intoleransi. Tantangan yang dihadapi, ekstremisme dan radikalisme serta rendahnya literasi,” ungkapnya.

Ia menambahkan, tingkat indeks toleransi beragama di Indonesia saat mencapai 76 persen. Kondisi tersebut secara realitas toleransi menghadapi tantangan, mulai dari pluralisme, ideologi hingga agama dijadikan alat politik.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:

Read Entire Article
Relationship |