Ilustrasi seseorang menerjang hujan dengan mengenakan payung. FOTO: Ricardo/JPNN.com.
FAJAR.CO.ID, SURABAYA -- Kelompok peneliti dan aktivitas lingkungan dari Jaringan Gen Z Jatim Tolak Plastik Sekali Pakai (Jejak), Komunitas Growgreen, River Warrior, dan Ecoton membeberkan temuan yang mencengangkan.
Temuan tersebut sekaligus menjadi kabar buruk sekaligus warning bagi semua pihak di Kota Pahlawan tersebut.
Temuan dimaksud yakni soal air hujan terdeteksi mengandung atau tercemat mikroplastik. Hasil penelitian itu bahkan menempatkan Surabaya di peringkat 6 dengan kontaminasi 12 partikel per 90 cm² per 2 jam.
Penelitian dilakukan selama empat hari (11-14 November 2025) di 7 lokasi, yakni kawasan Darmawangsa, Ketintang, Gunung Anyar, Wonokromo, HR Muhammad, Tanjung Perak, dan Pakis Gelora.
Pada lima lokasi tersebut, peneliti menempatkan wadah aluminium, stainless steel, dan wadah mangkok kaca dengan diameter 20-30 cm pada ketinggian lebih dari 1,5 meter selama 1-2 jam.
“(Hasilnya) semua lokasi penelitian tercemar mikroplastik. Kondisi ini mengkhawatirkan dan akan jadi ancaman serius bagi kesehatan warga," tutur Peneliti GrowGreen, Shofiyah dalam keterangannya, Minggu (16/11).
Peneliti yang juga mahasiswa Universitas Negeri Surabaya ini menyoroti pencemaran mikroplastik di dalam air hujan.
Menurut dia, ini harus menjadi warning bagi warga Kota Pahlawan untuk tidak membakar sampah di ruang terbuka.
"Tidak membuang sampah ke sungai dan tidak konsumsi plastik sekali pakai secara berlebihan. Kami mengimbau warga agar tidak menelan air hujan karena akan meningkatkan kontaminasi mikroplastik dalam tubuh," imbuhnya.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:

















































