5 Fakta Menarik tentang Throning: Kencan demi Status Sosial, Bukan Cinta

19 hours ago 3

Fimela.com, Jakarta Cinta mungkin tetap penting, tapi pengaruh sosial kini jadi daya tarik utama. Dalam dunia yang sangat dinamis dan hubungan yang makin kompleks, bagi sebagian orang kencan tak lagi sekadar urusan hati. Muncul sebuah dinamika baru yang menggeser orientasi relasi romantis: throning. Bukan tentang chemistry atau kesamaan nilai, tapi tentang siapa yang bisa memperkuat citra kita di mata publik. Hubungan semacam ini bukan didasari oleh perasaan dan hati, tapi aliansi—dan status adalah mahkotanya.

Sahabat Fimela, throning merepresentasikan kecenderungan baru di kalangan Gen Z yang menjadikan hubungan asmara sebagai kendaraan sosial. Apakah ini tanda krisis emosi atau adaptasi terhadap lanskap sosial yang terus berubah? Berikut lima hal menarik yang akan memberi kita pandangan lebih luas dari tren kencan ini.

1. Kencan sebagai Investasi Reputasi

Throning adalah strategi. Bukan mencari pasangan yang sefrekuensi, tapi yang bisa memperkuat citra. Sahabat Fimela, ini bukan sekadar taktik pribadi—ini fenomena sosial yang makin meluas di generasi digital. Pasangan ideal bukan lagi tentang kenyamanan batin, tapi tentang siapa yang bisa "menaikkan" nama kita di hadapan orang lain.

Seperti dijelaskan oleh pakar hubungan Siddharrth S. Kumaar dalam laman Business Standard di kolom gaya hidup, "Throning is dating someone who, via association, increases your reputation and ego." Artinya, yang dicari adalah pasangan yang secara tidak langsung memperbesar reputasi dan harga diri kita. Dalam dinamika ini, status sosial pasangan lebih diutamakan daripada kualitas pribadinya.

Hubungan seperti ini tidak dibangun atas dasar ketertarikan emosional, melainkan strategi untuk terlihat lebih bernilai di mata lingkungan sosial. Apa yang dipertontonkan menjadi lebih penting daripada apa yang dirasakan.

2. Status Sosial sebagai Mata Uang Baru

Tak bisa disangkal, Sahabat Fimela, dunia sekarang menghargai pengaruh lebih dari ketulusan. Dalam budaya digital yang sangat visual dan kompetitif, status sosial menjelma menjadi mata uang baru. Mereka yang bisa menjalin hubungan dengan figur berpengaruh, otomatis dianggap punya nilai lebih.

Inilah akar kekuatan dari throning. Hubungan bukan lagi tempat bertumbuh bersama, tetapi kendaraan menuju eksklusivitas sosial. Akses terhadap lingkaran tertentu, undangan acara bergengsi, hingga eksistensi di media sosial menjadi “bonus” dari pasangan yang dianggap punya daya tarik status tinggi.

Ini bukan sekadar bentuk baru dari gold-digging. Ini lebih halus, lebih cerdas, dan lebih berlapis. Karena yang dikejar bukan uang, tapi koneksi sosial yang bisa memperluas pengaruh personal.

3. Cinta yang Dikompromikan demi Eksistensi

Dalam hubungan yang dibangun atas dasar throning, keintiman sering kali tergantikan oleh performa. Yang penting bukan bagaimana pasangan memperlakukan kita dalam diam, tetapi bagaimana dia “terlihat” bersama kita di ruang publik. Dalam relasi seperti ini, kualitas batin pasangan sering kali tidak dipedulikan.

Sahabat Fimela, relasi semacam ini bisa sangat glamor dari luar—tapi hambar di dalam. Kebutuhan untuk merasa “beruntung” bisa jadi menutupi kurangnya rasa saling menghargai. Validasi eksternal jadi tujuan utama, bukan koneksi emosional yang tulus.

Ini pula alasan kenapa banyak hubungan throning cenderung singkat. Begitu citra memudar atau pasangan tidak lagi punya “nilai jual,” relasi pun kehilangan daya tariknya. Bukan karena cinta yang pudar, tapi karena status yang tak lagi memberi manfaat.

4. Validasi Diri yang Terselubung

Di balik keinginan untuk terlihat “berpasangan dengan sosok berkelas,” ada kebutuhan yang lebih dalam: validasi. Sahabat Fimela, banyak pelaku throning tanpa sadar menjadikan pasangan sebagai cermin rasa aman dirinya. Mereka butuh konfirmasi dari luar bahwa diri mereka cukup berharga—melalui siapa yang mereka kencani.

Hal ini tentu bisa dipahami, terutama dalam budaya yang terus-menerus menekan orang muda untuk selalu menjadi “versi terbaik” di depan publik. Pasangan yang berpengaruh dapat memberi sensasi merasa diterima dan diakui.

Namun, validasi semu ini sangat rapuh. Karena begitu pasangan hilang atau perhatian publik beralih, rasa percaya diri pun bisa runtuh. Throning menawarkan rasa "lebih", tapi jarang memberi rasa cukup.

5. Ketahanan Hubungan yang Sulit Langgeng

Hubungan yang bertumpu pada pencitraan nyaris selalu lemah saat diuji kenyataan. Sahabat Fimela, seperti yang diamati Siddharrth S. Kumaar, relasi berbasis status kerap kali tidak memiliki kedalaman dan saling respek yang dibutuhkan untuk jangka panjang. Yang dibangun adalah ego dan reputasi, bukan koneksi dan perasaan tulus satu sama lain.

Sebuah studi dalam Science Advances mengungkap bahwa banyak pengguna aplikasi kencan mencari pasangan yang lebih menarik 25% dari diri mereka sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa ada dorongan kuat untuk "naik kelas" melalui pasangan. Sayangnya dalam hal ini, seperti relasi transaksional lainnya, ketulusan dan komitmen sering dikorbankan.

Tanpa landasan kejujuran dan keintiman, hubungan mudah terguncang dan sulit laggeng. Begitu status sosial berubah atau sorotan publik beralih, relasi pun ikut menguap. Karena dari awal, cinta bukan fondasinya.

Sahabat Fimela, memahami throning bukan berarti membuat kita makin paranoid menjalani hubungan atau membuka hati. Dunia memang terus berubah, dan cara manusia menjalin hubungan pun ikut berevolusi. Akan tetapi, penting bagi kita untuk tetap jernih—membedakan mana relasi yang tumbuh karena rasa, dan mana yang dirancang demi citra.

Hubungan dan cinta sejati akan membebaskan, bukan menekan. Akan memperkuat, bukan sekadar menambah validasi eksternal. Ketika kita berhenti mengejar pengakuan dari luar, dan mulai mencintai siapa diri kita sebenarnya, maka kita tak perlu lagi menjadikan orang lain sebagai tahta untuk merasa bernilai.

Karena Sahabat Fimela, nilai kita tidak ditentukan oleh siapa yang berjalan di samping kita, tetapi oleh bagaimana kita menjalani hidup dengan lebih kuat dan tegar, bahkan saat sendirian.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Read Entire Article
Relationship |