Fimela.com, Jakarta Pernah tidak sih kamu merasa justru canggung saat seseorang mulai menunjukkan kasih sayang lebih? Atau tiba-tiba ingin menjauh begitu hubungan mulai terasa serius? Reaksi seperti ini bukan sekadar “gengsi” atau “malas ribet”—bisa jadi itu tanda bahwa kamu memiliki kecenderungan avoidant attachment, yaitu pola hubungan di mana seseorang merasa tidak nyaman dengan kedekatan emosional yang terlalu intens.
Pola ini tidak muncul begitu saja. Biasanya terbentuk dari pengalaman masa lalu, seperti dididik untuk mandiri secara emosional atau jarang mendapat pelukan dan validasi perasaan dari orang tua. Tanpa disadari, hal-hal itu membuat seseorang tumbuh dengan keyakinan bahwa keintiman bisa berisiko dan menjaga jarak adalah cara terbaik untuk merasa aman.
Namun, memiliki kecenderungan avoidant bukan berarti kamu tidak mampu mencintai. Kamu tetap bisa mencintai, hanya saja mungkin dengan cara yang berbeda — dan sering kali, cara itu membuat hubungan terasa dingin, kaku, atau bahkan membingungkan bagi pasanganmu.
Tanda-Tanda Kamu Memiliki Pola Hubungan Avoidant
Memahami tanda-tanda avoidant attachment penting agar kamu bisa mengenali pola perilaku yang selama ini mungkin terjadi tanpa disadari. Pola ini tidak selalu tampak jelas, karena sering kali seseorang dengan kecenderungan avoidant terlihat tenang, rasional, dan mandiri. Namun di balik itu, ada jarak emosional yang sulit dijembatani. Berikut beberapa tanda yang bisa kamu perhatikan:
1. Sulit Mengekspresikan Emosi
Kamu cenderung menahan perasaan, baik senang maupun sedih. Bagi kamu, menampilkan emosi dianggap tidak perlu atau bahkan membuatmu tampak lemah. Saat pasangan bercerita dengan emosi terbuka, kamu bisa merasa tidak nyaman atau bingung bagaimana harus meresponsnya.
2. Takut Kehilangan Kemandirian
Kedekatan yang terlalu intens membuatmu merasa “terjebak”. Kamu mungkin takut jika hubungan terlalu dekat, maka kamu akan kehilangan kebebasan, waktu pribadi, atau identitas diri. Akibatnya, kamu sering menahan diri untuk tidak terlalu terlibat atau menolak ketika pasangan ingin lebih dekat.
3. Mudah Menarik Diri Saat Konflik
Saat terjadi perbedaan pendapat, kamu lebih memilih diam atau menjauh daripada membicarakannya. Bukan karena tidak peduli, tapi karena kamu merasa kewalahan dengan emosi negatif dan butuh waktu untuk menenangkan diri. Namun, bagi pasanganmu, sikap ini sering disalahartikan sebagai cuek atau tidak peduli.
4. Menilai Emosi Sebagai Kelemahan
Dalam pola avoidant, kamu mungkin tumbuh dengan kepercayaan bahwa perasaan adalah sesuatu yang sebaiknya disembunyikan. Karena itu, kamu cenderung tampil kuat, logis, dan terkendali di segala situasi. Padahal di dalam diri, kamu bisa merasa kesepian tapi sulit mengakuinya.
5. Mudah Kehilangan Ketertarikan Saat Terlalu Dekat
Di awal hubungan, kamu bisa terasa sangat tertarik dan antusias. Namun begitu pasangan mulai membuka diri lebih dalam atau menunjukkan ketergantungan emosional, kamu justru mulai merasa tidak nyaman. Kamu bisa perlahan menjauh tanpa alasan jelas, seolah “rasa itu” hilang begitu saja.
6. Cenderung Memilih Pasangan yang Sulit Dijangkau
Sering kali tanpa sadar, kamu tertarik pada orang yang juga tidak siap berkomitmen, dingin secara emosional, atau sibuk dengan dirinya sendiri. Karena di dalamnya, kamu merasa aman — tidak ada tuntutan keintiman yang terlalu dalam.
Mengapa Pola Ini Bisa Terbentuk?
Pola avoidant attachment umumnya berakar dari pengalaman masa kecil. Anak-anak yang tumbuh dengan orang tua yang terlalu menekankan kemandirian, jarang menunjukkan kasih sayang fisik, atau tidak memberi ruang untuk mengekspresikan emosi, cenderung mengembangkan pola ini sebagai bentuk perlindungan diri.
Misalnya, ketika seorang anak menangis tapi diabaikan atau malah diminta “jangan cengeng”, anak tersebut belajar bahwa menunjukkan perasaan hanya membawa rasa sakit atau penolakan. Maka, ketika dewasa, dia memilih menekan perasaan itu dan menjaga jarak untuk menghindari luka serupa.
Selain faktor keluarga, pengalaman cinta di masa remaja atau dewasa muda juga bisa memperkuat pola ini. Pernah disakiti, dikhianati, atau ditinggalkan bisa membuat seseorang semakin yakin bahwa menjaga jarak lebih aman daripada membuka diri sepenuhnya.
Dampaknya pada Hubungan
Pola avoidant sering kali membuat hubungan terasa tidak seimbang. Satu pihak (yang avoidant) cenderung menahan diri, sementara pihak lain (yang biasanya anxious) justru ingin lebih dekat. Akibatnya, hubungan menjadi tarik-ulur — ketika pasangan mendekat, kamu menjauh; ketika pasangan mulai menjauh, kamu baru merasa kehilangan.
Lama-kelamaan, pola ini bisa melelahkan bagi kedua pihak. Hubungan terasa seperti “selalu kurang dekat” tapi juga “terlalu menekan”. Padahal, dalam hubungan yang sehat, kedekatan tidak seharusnya mengancam kebebasan, melainkan memberikan rasa aman.
Cara Mengatasinya
Menyadari bahwa kamu memiliki kecenderungan avoidant bukanlah akhir dari perjalanan—justru itu langkah awal untuk memperbaiki hubunganmu, baik dengan diri sendiri maupun orang lain. Mengubah pola yang terbentuk sejak lama memang tidak mudah, tapi bukan hal yang mustahil. Dengan proses yang sabar, kamu bisa belajar untuk merasa nyaman dengan kedekatan dan tetap menjaga kemandirianmu.
1. Sadari dan Akui Polamu
Kesadaran adalah langkah pertama menuju perubahan. Perhatikan bagaimana kamu bereaksi terhadap keintiman atau konflik. Apakah kamu mudah defensif, sulit membuka diri, atau sering mencari alasan untuk menjauh? Menyadari pola ini bukan untuk menyalahkan diri sendiri, tapi agar kamu bisa mulai memahami akar reaksimu.
2. Pelan-Pelan Belajar Membuka Diri
Tidak perlu langsung berubah drastis. Mulailah dari hal-hal sederhana: membagikan pikiran jujurmu, mengungkapkan perasaan kecil, atau sekadar mengakui bahwa kamu butuh waktu. Dengan latihan, kamu akan merasa lebih nyaman mengekspresikan diri tanpa takut kehilangan kendali.
3. Bangun Rasa Aman dalam Hubungan
Pilih pasangan yang mampu memberikan ruang dan pengertian. Komunikasikan kebutuhanmu dengan jujur, seperti: “Aku butuh waktu untuk memproses perasaanku, tapi aku tetap peduli.” Dengan begitu, pasanganmu tidak merasa diabaikan, dan kamu tetap punya ruang untuk menenangkan diri.
4. Hadapi Ketakutan terhadap Kedekatan
Saat muncul dorongan untuk menjauh, tanyakan pada diri sendiri: “Apakah aku benar-benar butuh jarak, atau aku takut merasa terlalu dekat?” Kesadaran seperti ini membantu kamu membedakan antara kebutuhan pribadi dan reaksi otomatis karena luka lama.
5. Berlatih Mengelola Emosi
Belajar mengenali dan menamai emosi yang muncul — marah, takut, sedih, atau kecewa — membantu kamu mengendalikan diri tanpa menekan perasaan. Kamu bisa mulai dengan menulis jurnal, meditasi, atau berbicara dengan orang yang kamu percayai.
6. Pertimbangkan Konseling atau Terapi
Terapi bisa menjadi ruang aman untuk memahami akar emosional dari pola avoidant. Dengan bantuan profesional, kamu akan belajar bagaimana menghadapi ketakutan terhadap kedekatan dan membangun pola hubungan yang lebih hangat dan sehat.
Memiliki pola hubungan avoidant bukan berarti kamu tidak layak dicintai, atau tidak mampu mencintai. Kamu hanya perlu belajar kembali bahwa kedekatan tidak selalu membawa luka. Tidak apa-apa merasa butuh orang lain, tidak apa-apa menunjukkan kelemahan, dan tidak apa-apa jika kamu ingin dicintai apa adanya.
Perubahan memang tidak mudah, tapi setiap langkah kecil menuju keterbukaan adalah bentuk keberanian. Karena pada akhirnya, hubungan yang paling menenangkan bukan yang selalu sempurna — tetapi yang membuatmu merasa aman untuk menjadi diri sendiri, tanpa takut kehilangan siapa pun, termasuk dirimu sendiri.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5311807/original/006963100_1754895746-pexels-timur-weber-8560383.jpg)
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4420062/original/098252500_1683597034-medium-shot-man-dealing-with-std_1_.jpg)
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5077696/original/061913400_1736007016-03f8ffd2840461bce66a94dd599bcf30.jpg)
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5243619/original/027162900_1749110199-angry-young-couple-sitting-back-back-home.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5397317/original/002593000_1761805954-pexels-svem-mark-2156558614-34488232.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5419414/original/027891200_1763695044-Depositphotos_723518782_XL.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4901691/original/024158200_1721962425-people-showing-hand-gestures.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5418222/original/017128200_1763610380-Depositphotos_750319064_XL.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5418191/original/033957600_1763609510-IMG_4328-01.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5417543/original/029969500_1763537203-IMG_4400-01.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5258943/original/051774700_1750405715-Depositphotos_705463022_XL.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5417152/original/042202800_1763523111-IMG_4359-01.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5404644/original/086548000_1762412470-ilustrasi_kencan.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5391167/original/035626800_1761299485-medium-shot-man-dealing-with-std.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5416257/original/065986000_1763446389-Depositphotos_367262166_XL.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5393064/original/008034200_1761540954-pexels-pixabay-326612.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5415862/original/023192800_1763433821-IMG_4399-01.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5415856/original/024355500_1763433220-IMG_3162-01.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5412980/original/000473500_1763110587-IMG_3170-01.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5413000/original/046755500_1763111262-IMG_3551-01.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5414752/original/040435700_1763349222-IMG_3183-01.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5414659/original/005319700_1763342894-IMG_3277-01.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5112900/original/039311000_1738203814-0E6A0236-01.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5342305/original/000980600_1757388812-Depositphotos_557968346_XL.jpg)





























