Bukan Soal Apa yang Salah: Conscious Uncoupling dan Keberanian Memulai Hidup Baru setelah Cerai

Fimela.com, Jakarta Ada masa ketika perceraian hampir selalu dipandang sebagai kegagalan. Seakan-akan percerian menjadi akhir yang buruk dan tidak menyenangkan. Akan tetapi kini, semakin banyak orang memilih jalan yang lebih tenang dan sadar.

Bukan perkara mengakhiri sebuah hubungan, tetapi suatu perceraian bisa saja merupakan upaya untuk menjaga diri tetap utuh saat memasuki fase baru. Inilah esensi conscious uncoupling, istilah yang diperkenalkan oleh Gwyneth Paltrow untuk menggambarkan proses berpisah tanpa permusuhan dan dengan komitmen tetap saling menghormati.

Konsep ini menekankan pentingnya menyadari emosi sendiri, menerima kenyataan tanpa drama, serta mengambil langkah-langkah yang mendukung kesehatan mental jangka panjang. Conscious uncoupling bukan tentang menyangkal rasa sakit; justru ia menempatkan pemulihan sebagai prioritas utama. Hubungan mungkin berakhir, tetapi martabat tetap dijaga.

Pendekatan ini semakin relevan di era ketika konflik mudah menyebar ke ruang publik. Saat perpisahan dikelola dengan sadar, seseorang mendapatkan kesempatan untuk membangun kembali arah hidup tanpa beban pertikaian yang berkepanjangan. Banyak psikolog juga menekankan bahwa cara ini memberi fondasi stabil bagi perjalanan emosional yang lebih sehat.

Ketika publik melihat Marissa Anita menghadiri sidang perceraian di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, ada satu hal yang menonjol: ketenangannya. Alih-alih membiarkan proses hukum menjadi sumber konflik, ia datang bersama kuasa hukum dengan sikap yang tampak tenang. Tidak ada usaha menarik perhatian, tidak ada keluhan tentang pihak lain, hanya fokus pada penyelesaian yang damai nan tenang.

Sikapnya yang menyebut proses tersebut sebagai awal babak baru menunjukkan keberanian menerima perubahan hidup tanpa menambah luka yang tidak perlu. Ini sejalan dengan prinsip conscious uncoupling, yang memandang perceraian bukan sebagai titik runtuh, tetapi sebagai ruang untuk menata ulang diri. Kesadaran seperti ini membantu seseorang tetap stabil di tengah transisi besar.

Penelitian psikologi pun mendukung hal ini. Studi dari American Psychological Association menunjukkan bahwa perceraian yang ditangani secara kooperatif dapat menurunkan stres emosional hingga berbulan-bulan setelah putusan.

Begitu pula temuan jangka panjang dari Harvard Study of Adult Development yang menunjukkan bahwa keputusan yang diambil dari tempat kesadaran, bukan kemarahan, meningkatkan stabilitas mental di masa depan.

Cara Marissa menjaga privasinya juga selaras dengan rekomendasi para ahli tentang pentingnya batas sehat selama masa-masa yang cukup sensitif seperti perceraian.

Salah satu manfaat terbesar conscious uncoupling adalah kesempatan untuk menemukan kembali diri sendiri. Setelah hubungan berakhir, seseorang perlu merapikan identitas yang mungkin larut dalam peran-peran lama.

Dengan pendekatan yang sadar, proses ini tidak dihantui konflik, tetapi diarahkan oleh keinginan untuk tumbuh lebih kuat dan lebih jujur terhadap kebutuhan pribadi.

Survei dari The Gottman Institute juga menunjukkan bahwa pasangan yang berpisah dengan komunikasi minim drama cenderung pulih lebih cepat secara psikologis. Hal ini dikarenakan energi emosional tidak habis untuk berdebat atau saling membuktikan siapa yang salah. Energi itu diarahkan pada hal-hal yang lebih penting: memulihkan diri, merancang ulang kehidupan, dan menata ulang hubungan sosial yang mendukung.

Kisah Marissa Anita memberi gambaran bahwa ketenangan bukan berarti tidak merasakan apa-apa. Justru di balik sikap yang tertata itu, terdapat resiliensi emosional yang matang.

Sikap seperti ini membantu seseorang melangkah tanpa rasa malu, tanpa beban citra negatif, dan tanpa memelihara konflik yang tidak produktif. Conscious uncoupling mengajarkan bahwa memulai hidup baru setelah cerai bukanlah tanda menyerah atau akhir yang buruk, tetapi keputusan untuk memilih versi diri yang lebih sehat dan lebih selaras dengan masa depan yang diinginkan.

Conscious uncoupling mengingatkan bahwa tidak semua akhir harus menyakitkan atau menyisakan luka yang sulit dipulihkan. Ketika seseorang memilih berpisah dengan kesadaran, ia memberi dirinya kesempatan untuk bertumbuh dengan kejelasan baru, bukan keterpaksaan.

Perjalanan seperti yang ditempuh Marissa Anita menunjukkan bahwa kedewasaan, ketenangan, dan keberanian dapat berjalan berdampingan, membuka ruang bagi hidup baru yang lebih stabil dan bermakna.

Dengan memilih langkah yang jernih, seseorang sebenarnya sedang menjaga harga diri dan masa depan yang lebih baik lagi.