
FAJAR.CO.ID — Pernah merasa capek, sedih, atau kesepian... lalu muncul pikiran, “Talk to who?” Bukan karena tak punya siapa-siapa, tapi karena merasa: tak ada yang benar-benar peduli. Ini bukan sekadar tren lucu di media sosial. Kalimat “talk to who?” lahir dari rasa sunyi yang dalam.
Dari seseorang yang ingin bercerita, tapi takut dianggap lemah, takut gak didengar. atau yang lebih pedih adalah memang tidak ada orang yang bisa untuk berbagi rasa.
Realita yang Dialami Banyak Jomblo
Jomblo bukan hanya soal tak punya pasangan, tapi sering merasa tak punya ruang aman untuk bicara. Teman sibuk, sahabat berubah, dan akhirnya hanya layar ponsel yang setia menemani.
Rasa “sendiri” ini nyata. Bukan karena tak punya siapa-siapa, tapi karena tak tahu lagi ke siapa harus terbuka tanpa merasa dibanding, disalahkan, atau diremehkan.
Sudut Pandang Psikologi
Menurut psikologi, setiap manusia butuh tiga hal: didengar, dipahami, diterima apa adanya Tanpa itu, muncul perasaan “hampa” dan “invisible.”
Ketika seseorang kehilangan tempat aman untuk bercerita, otaknya menyimpan stres tanpa saluran keluar.
Hasilnya: cemas, overthinking, atau bahkan menarik diri. Padahal kadang.. yang dibutuhkan cuma satu kalimat sederhana: “Aku di sini, Kamu gak sendirian.”
Luka dari Kesepian
Kesepian bukan selalu karena gak punya pasangan. Kadang_ karena kehilangan rasa koneksi dengan manusia lain.
Kita hidup di era serba online, tapi jarang benar-benar terkoneksi. Ada banyak teman di chat, tapi sedikit yang mau benar-benar mendengarkan. Maka, “talk to who?” jadi doa yang disamarkan lewat candaan.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: