Sarjana Bersaing Jadi Pasukan Oranye, Ferdinand Hutahaean: Pendidikan Mahal Akhirnya Tidak Berguna, Kita Bangsa Gagal

4 hours ago 5
Politisi, Aktivis Sosial Politik dan Hukum Ferdinand Hutahean

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Fenomena banyaknya lulusan perguruan tinggi yang melamar menjadi petugas kebersihan atau pasukan oranye, menuai kecaman dari Politikus PDIP, Ferdinand Hutahaean.

Ferdinand menyuarakan keprihatinan atas kondisi tersebut. Ia menilai, fakta ini mencerminkan kegagalan bangsa dalam menyediakan lapangan kerja yang layak untuk para sarjana.

“Sarjana akhirnya kerja jadi tukang sapu!,” kata Ferdinand di X @ferdinand_mpu (9/7/2025).

Dikatakan Ferdinand, perjuangan panjang seorang anak bangsa menempuh pendidikan, dari bangku sekolah dasar hingga perguruan tinggi, seolah sia-sia.

“Betapa sedihnya kita sebagai bangsa melihat sarjana kita hanya bisa berburu lapangan kerja sebagai tukang sapu jalanan,” tambahnya.

Ferdinand pun mengungkapkan penilaiannya secara blak-blakan. Menyinggung berapa mahalnya biaya pendidikan dari Sekolah Dasar (SD) hingga sarjana.

"Investasi pendidikan yang mahal dari SD sampai S1 akhirnya tak berguna. Kita bangsa gagal," tandasnya.

Seperti diketahui, persaingan untuk mendapatkan pekerjaan kian ketat, sementara kebutuhan hidup tak bisa ditunda.

Di tengah situasi ini, banyak warga, termasuk lulusan perguruan tinggi, ikut mendaftar menjadi petugas penanganan prasarana dan sarana umum (PPSU) atau yang lebih dikenal sebagai pasukan oranye di DKI Jakarta.

Fenomena tersebut menunjukkan, bagi sebagian orang, pekerjaan bukan lagi soal gengsi, melainkan soal menyambung hidup. Seperti peribahasa, “tak ada rotan, akar pun jadi,” itulah gambaran yang tepat.

Pada Rabu (9/7/2025), Nuraini (31), seorang ibu dua anak di Kantor Kelurahan Jati Pulo, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat bersama 69 pelamar lainnya menunggu giliran untuk menjalani wawancara

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:

Read Entire Article
Relationship |