Mengapa Kita Sering Salah Pilih Pasangan? Chemistry Bukan Jaminan Hubungan Bahagia

2 weeks ago 22

Fimela.com, Malang Hampir semua orang bilang bahwa chemistry adalah hal yang wajib ada dalam hubungan. Rasanya tidak lengkap kalau tidak ada getaran atau “klik” saat bertemu seseorang. Tetapi, apakah benar chemistry adalah indikator terbaik untuk menilai kualitas pasangan? Atau justru bisa jadi jebakan yang membuat banyak orang bertahan dalam hubungan yang tidak sehat?

Faktanya, tidak sedikit orang terjebak memilih pasangan hanya karena chemistry. Mereka bertahan dalam hubungan panjang meski sejak awal tahu bahwa pasangan tidak benar-benar peduli pada kebutuhan dan perasaan mereka. 

Chemistry yang begitu kuat sering kali membuat seseorang menunda keputusan, meski hatinya tahu bahwa hubungan tersebut tidak sehat. Fenomena ini bukan kasus langka, banyak orang melakukan hal yang sama, yaitu menomorsatukan chemistry dibanding kepedulian dan kesesuaian nilai. 

Apa Itu Chemistry Sebenarnya?

Menurut antropolog Helen Fisher, chemistry adalah kombinasi hormon (testosteron dan estrogen) serta neurotransmitter (dopamin dan serotonin). Inilah yang membuat seseorang merasa bersemangat, jatuh cinta, dan begitu tertarik pada orang lain.

Fisher bahkan membagi empat tipe kepribadian berdasarkan dominasi kimia otak:

  • Explorer (dopamin tinggi): kreatif, suka petualangan, pencari hal baru.
  • Builder (serotonin tinggi): konvensional, hati-hati, terorganisir.
  • Director (testosteron dominan): analitis, fokus, tegas.
  • Negotiator (estrogen dominan): empatik, idealis, berpikir luas.

Namun, di balik aspek biologis ini, ada juga faktor psikologis. Sering kali tanpa sadar, seseorang mencari pasangan yang mirip dengan figur orang tua, seolah berharap bisa “menyembuhkan” luka masa kecil lewat hubungan romantis. Sayangnya, pola ini justru membuat banyak orang terjebak dalam lingkaran hubungan yang tidak sehat.

Chemistry Bisa Membutakan

Chemistry memang menghadirkan euforia. Tetapi sayangnya, rasa itu bisa menutupi akal sehat. Seseorang cenderung mengabaikan tanda-tanda penting, seperti bagaimana pasangan memperlakukan, apakah benar-benar peduli pada kebutuhan bersama, atau justru sibuk dengan dirinya sendiri.

Banyak orang bertahan hanya dengan “remah-remah” perhatian karena merasa chemistry sudah cukup. Padahal, chemistry bisa membuat seseorang betah meski sebenarnya tidak bahagia. Ada kalanya tubuh begitu menginginkan kedekatan, tetapi hati berkata sebaliknya, yaitu tidak benar-benar menyukai atau merasa dihargai. Inilah bukti betapa kuatnya pengaruh chemistry dalam membutakan penilaian yang objektif.

Belajar dari Riset: Perhatian Lebih Penting

Psikolog John Gottman, lewat penelitian jangka panjangnya, menemukan bahwa kualitas hubungan ditentukan oleh bagaimana pasangan merespons emotional bids (upaya kecil untuk terkoneksi secara emosional). Pasangan yang paling bahagia adalah mereka yang mampu merespons kebutuhan emosional pasangannya setidaknya 80% dari waktu.

Emotional bids ini bisa berupa perhatian, rasa ingin tahu, kasih sayang, percakapan mendalam, humor, hingga dukungan emosional. Dengan kata lain, bukan seberapa kuat chemistry yang menentukan sehatnya hubungan, tetapi seberapa konsisten pasangan hadir dan merespons kebutuhan emosional satu sama lain.

Chemistry memang menyenangkan, tetapi bukan fondasi utama hubungan yang sehat. Untuk melangkah ke depan, penting lebih selektif dalam memilih pasangan. Salah satu caranya adalah dengan membuat daftar hal yang benar-benar penting dan tidak bisa ditawar dalam sebuah hubungan.

Contohnya:

  • Kejujuran
  • Peduli pada kebutuhan pasangan, bukan hanya dirinya sendiri
  • Rajin dan bertanggung jawab
  • Mampu berkomunikasi dengan baik
  • Punya kesamaan visi (misalnya soal anak, keluarga, atau gaya hidup)

Menuliskan daftar ini membantu tetap fokus dan tidak mudah goyah hanya karena tarikan chemistry.

Chemistry bisa menjadi api yang menyalakan hubungan, tetapi caring adalah bahan bakar yang membuat api itu tetap menyala. Tanpa perhatian, chemistry hanya akan membawa ke rollercoaster emosi yang melelahkan. Jadi, jika ingin hubungan yang sehat dan langgeng, berhentilah menomorsatukan chemistry. Mulailah mencari pasangan yang benar-benar peduli, mampu mendengarkan, dan siap bertumbuh bersama.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Read Entire Article
Relationship |