
FAJAR.CO.ID,JAKARTA — Permintaan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka memasukkan AI sebagai dalam kurikulum jadi perbincangan publik. Tak sedikit pihak yang skeptis.
“Pelajaran AI masuk sekolah. Pertanyaan pertama: siapa yang ngajarin?” kata Pegiat Media Sosial Kun Wardana dikutip dari unggahannya di X, Senin(5/5/2025).
Ia meragukan guru bisa mengajari AI.
“Kalau gurunya diajarin AI oleh guru lain yang belum ngerti AI, ini namanya recursive error dalam sistem pendidikan,” ujarnya.
Menurutnya, yang bahaya bukan AI nya. Tapi manusia yang dimanfaatkan oleh AI.
“Karena yang paling berbahaya bukan AI-nya, tapi manusia yang tak sadar sedang diprogram olehnya,” ucap Kun Wardana.
“Kita bilang “menggunakan AI”, padahal justru sedang digunakan AI,” tambahnya.
Berangkat dari hal itu, ia menyebut pentingngnya tidak sekadar belajar teknologi. Namun juga bagaimana penggunanya bisa cerdas.
“Maka penting bukan hanya belajar teknologi, tapi belajar kesadaran, agar kita tak cuma jadi pengguna cerdas, tapi pemimpin di era digital yang tak kehilangan arah jiwa,” pungkasnya.
Pernyataan Gibran sebelumnya disampaikan Gibran saat menghadiri acara "Creative Job Opportunity with AI" di Universitas Bina Nusantara, Jakarta, Jumat 2 Mei 2025.
“Beberapa hari lalu kita ratas (rapat terbatas) ada Pak Menteri Pendidikan juga, nanti di tahun ajaran baru kita mulai memasukkan kurikulum AI, pelajaran AI di SD, SMP, SMA, SMK juga," kata Gibran.
Gibran mengatakan AI tidak hanya digunakan untuk membuat grafis lucu, tetapi juga berperan dalam mempermudah pekerjaan sehari-hari.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: