Fimela.com, Jakarta Siapa bilang, pernikahan selalu berjalan menyenangkan. Tak selama pernikahan sebagai akhir perjalanan selalu dijalani dengan baik-baik saja. Pernikahan sering digambarkan sebagai perjalanan panjang penuh cinta dan kebahagiaan. Namun, kenyataannya, seperti hubungan romantis lainnya, pernikahan juga melewati fase-fase tertentu dengan dinamika naik-turun yang tidak bisa dihindari.
Ada kalanya hubungan terasa manis dan hangat, tetapi di sisi lain, konflik, kejenuhan, hingga krisis emosional bisa hadir. Sahabat Fimela, memahami fase pernikahan dapat membantu pasangan lebih siap menghadapi tantangan yang datang, sekaligus menemukan cara untuk mempertahankan kehangatan dalam hubungan.
Secara umum, ada empat fase besar dalam perjalanan pernikahan. Masing-masing fase ini memiliki tantangan unik yang, jika tidak dikelola dengan baik, berpotensi mengguncang fondasi rumah tangga. Apa saja fasenya? Yuk, simak penjelasannya di bawah ini.
0–5 Tahun Pernikahan: Masa Penyesuaian Awal
Fase awal pernikahan sering disebut sebagai masa adaptasi, di mana dua individu yang sebelumnya hidup dengan cara masing-masing kini harus menyatu dalam satu rumah tangga. Pada tahap ini, pasangan masih belajar menyesuaikan diri dengan karakter, kebiasaan, bahkan gaya hidup pasangannya. Dari hal kecil seperti cara mengatur keuangan, membagi pekerjaan rumah tangga, hingga pola tidur bisa menjadi sumber konflik.
Tak heran jika fase ini disebut sebagai fase paling rawan. Data Badan Peradilan Agama menunjukkan bahwa angka perceraian tertinggi di Indonesia justru terjadi pada usia pernikahan di bawah lima tahun. Pada periode 2020–2024, tercatat sekitar 604.463 kasus perceraian dengan lebih dari 80% di antaranya berasal dari usia pernikahan yang masih sangat muda. Artinya, penyesuaian di fase ini memang bukan hal yang mudah.
Banyak publik figur pun mengalami hal serupa. Nama-nama seperti Sherina Munaf, Marshanda, Rachel Vennya, Celine Evangelista, hingga Laudya Cynthia Bella adalah contoh selebritas yang memutuskan berpisah ketika usia pernikahan mereka masih di bawah lima tahun. Meski setiap kasus tentu memiliki latar belakang berbeda, fenomena ini memperlihatkan bahwa fase penyesuaian awal memang menjadi ujian berat bagi banyak pasangan.
7 Tahun Pernikahan: “Seven-Year Itch”
Setelah melewati fase awal, pasangan biasanya memasuki periode stabilitas. Namun, ketika mencapai usia sekitar tujuh tahun, banyak hubungan mengalami apa yang dikenal dengan istilah “seven-year itch”. Fase ini sering digambarkan sebagai periode kejenuhan, di mana pasangan mulai merasa bosan dengan rutinitas sehari-hari.
Tekanan yang muncul pun tidak sedikit. Pada fase ini, pasangan seringkali sudah memiliki anak yang masih kecil sehingga fokus utama bergeser pada urusan rumah tangga. Kelelahan fisik, tekanan finansial, dan kurangnya waktu berdua membuat hubungan suami-istri rentan renggang. Jika kedekatan emosional tidak dipelihara dengan baik, konflik mudah membesar, bahkan bisa mengarah pada keputusan berpisah.
Menghadapi fase ini membutuhkan kesadaran bahwa kebersamaan bukan sekadar soal tanggung jawab, melainkan juga menjaga hubungan emosional. Aktivitas sederhana seperti meluangkan waktu berkualitas bersama, berbicara dari hati ke hati, atau menjaga komunikasi yang sehat bisa membantu pasangan melewati titik jenuh ini.
10–15 Tahun Pernikahan: Krisis Paruh Baya
Fase berikutnya adalah masa yang sering disebut sebagai krisis paruh baya. Pada periode ini, anak-anak biasanya memasuki usia remaja dengan segala kompleksitasnya. Kebutuhan finansial meningkat, tanggung jawab semakin besar, dan konflik pola asuh pun makin terasa. Pasangan yang dulu mungkin sering menikmati momen romantis berdua, kini lebih banyak mencurahkan energi untuk mengurus keluarga.
Kondisi tersebut bisa membuat hubungan terasa hambar. Banyak pasangan merasa kehilangan romantisme, bahkan ada yang mengalami midlife crisis. Situasi ini berpotensi memunculkan masalah serius seperti perselingkuhan atau keinginan untuk berpisah. Tidak sedikit rumah tangga yang tampak baik-baik saja di luar, ternyata goyah ketika memasuki fase ini.
Agar hubungan tetap sehat, pasangan perlu menyadari pentingnya menjaga keseimbangan antara menjadi orang tua dan tetap menjadi pasangan. Memberi perhatian kecil, menunjukkan rasa sayang, dan tetap berusaha membangun momen romantis bisa menjadi cara untuk menjaga api cinta tetap menyala.
20 Tahun Pernikahan ke Atas: Menjelang Empty Nest
Setelah dua dekade bersama, pasangan umumnya sudah berhasil melewati berbagai badai rumah tangga. Namun, bukan berarti hubungan akan otomatis tenang tanpa tantangan. Fase setelah 20 tahun pernikahan sering disebut sebagai masa empty nest, yaitu ketika anak-anak sudah dewasa dan meninggalkan rumah. Rumah yang dulu ramai bisa terasa sepi, sehingga muncul perasaan kosong.
Pada tahap ini, banyak pasangan baru menyadari bahwa mereka sudah lama kehilangan kedekatan emosional. Fokus selama bertahun-tahun pada anak membuat hubungan suami-istri terlupakan. Akibatnya, tidak sedikit pasangan yang mengalami empty nest divorce, yakni perceraian di usia tua ketika anak-anak sudah mandiri.
Menghindari hal ini membutuhkan usaha sejak jauh-jauh hari. Menjaga komunikasi, menghidupkan kembali hobi bersama, hingga membangun kembali keintiman menjadi kunci untuk tetap merasa terhubung setelah anak-anak pergi.
Belajar dari Data dan Kisah Nyata
Melihat data perceraian di Indonesia maupun kisah publik figur, jelas bahwa setiap fase pernikahan memiliki tantangan tersendiri. Namun, bukan berarti fase-fase tersebut adalah jalan buntu yang pasti berujung perpisahan. Justru, dengan memahami dinamika setiap periode, pasangan bisa lebih siap menghadapinya.
Pernikahan bukanlah soal mencari kesempurnaan, melainkan perjalanan panjang yang dipenuhi pembelajaran. Kunci untuk melewatinya adalah komunikasi yang jujur, saling menghargai, dan kesediaan untuk terus beradaptasi. Karena pada akhirnya, cinta bukan hanya tentang perasaan yang hadir di awal, melainkan komitmen untuk terus menjaga dan merawatnya sepanjang waktu.
Sahabat Fimela, semoga informasi ini bermanfaat ya.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.
Relationship5 Pasangan Zodiak dengan Hubungan Paling Ringan dan Santai
Setiap hubungan punya warna dan ritmenya sendiri. Versi Fimela kali ini menghadirkan 5 pasangan zodiak yang dikenal paling ringan dan santai dalam menjalin hubungan. Simak bagaimana mereka bisa saling melengkapi sehingga membuat hubungan lebih bahagia, tenang, dan langgeng.
RelationshipMitos atau Fakta tentang 7-Year Itch sebagai Fase Rentan dalam Pernikahan
Benarkah 7-Year Itch ancaman nyata bagi pernikahan, atau adakah cara untuk mengatasinya agar hubungan tetap langgeng?
Relationship7 Pasangan Zodiak yang Bisa Hadapi Masalah Bersama tanpa Saling Menyalahkan
Temukan 7 pasangan zodiak versi Fimela yang dikenal mampu menghadapi masalah bersama tanpa saling menyalahkan. Mereka punya cara unik menjaga komunikasi, empati, dan ketenangan dalam hubungan.
RelationshipLangsung Klik Sejak Awal, Zodiak yang Paling Mudah Menemukan Chemistry
Beberapa pasangan zodiak seolah punya magnet alami yang membuat mereka langsung nyambung sejak pertemuan pertama. Tanpa banyak usaha, chemistry tercipta begitu saja, menghadirkan hubungan yang hangat, serasi, dan penuh kenyamanan. Yuk simak apa saja zodiak itu!