Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, terkadang timbul pertanyaan mengapa pada sebagian orang alih-alih berkomunikasi saat bertengkar, mereka justru memutuskan untuk tetap diam. Ini bukan hal asing, karena hampir semua orang pernah mengalaminya, baik sebagai pihak yang memilih diam, maupun sebagai orang yang menerima sikap diam tersebut.
Percakapan yang tadinya berjalan lancar bisa terhenti seketika. Hening yang tercipta bukan hanya membuat suasana canggung, tapi juga memicu rasa penasaran pada apa yang sebenarnya sedang dipikirkan satu sama lain.
Dalam hubungan apa pun, baik itu pasangan, keluarga, maupun pertemanan, diam bisa menjadi sinyal yang sangat kuat. Namun, apakah diam ini berarti bentuk pengendalian emosi, atau justru bentuk pelarian dari konflik?
Fenomena silent treatment semakin banyak dibahas karena dianggap mempengaruhi dinamika hubungan. Ada yang melihatnya sebagai strategi untuk menenangkan diri, tetapi ada juga yang menilai ini sebagai sikap pasif-agresif yang bisa merusak komunikasi. Untuk itu, penting untuk mengetahui penyebab mengapa seseorang memutuskan untuk silent treatment.
1. Tidak Terbiasa dalam Mengekspresikan Perasaan
Bagi sebagian orang, berbicara tentang emosi bukanlah hal yang mudah. Mereka mungkin dibesarkan di lingkungan yang jarang mengajarkan cara mengungkapkan perasaan secara sehat. Akibatnya, ketika konflik muncul, diam terasa seperti pilihan yang paling aman.
Diam bisa menjadi bentuk perlindungan diri, karena mereka takut salah bicara atau memperburuk keadaan. Namun, jika kebiasaan ini terus berlanjut, hubungan bisa terasa dingin. Komunikasi yang sehat tetap perlu dipelajari agar perasaan tidak terpendam terlalu lama.
2. Menghindari Konflik yang Lebih Besar
Silent treatment juga sering dilakukan untuk mencegah konflik menjadi lebih panas. Bagi sebagian orang, berdebat bisa sangat melelahkan dan menimbulkan rasa stres. Sikap ini bisa menjadi strategi sementara yang baik, terutama jika salah satu pihak sedang emosi.
Memberi waktu untuk menenangkan diri dapat mencegah kata-kata kasar yang nantinya disesali. Namun, jika diam digunakan terlalu lama, masalah tidak akan benar-benar terselesaikan.
3. Salah Satu Bentuk Kontrol Emosional
Ada kalanya diam menjadi cara seseorang untuk mengendalikan situasi. Mereka menggunakan silent treatment untuk memberi sinyal bahwa mereka tidak setuju atau butuh perhatian lebih dari pihak lain.
Ini bisa menjadi bentuk komunikasi pasif-agresif yang secara tidak langsung menuntut reaksi dari orang lain. Tetapi jika digunakan terlalu sering, silent treatment justru bisa menciptakan jarak emosional.
4. Tidak Pernah Merasa Didengarkan
Merasa diabaikan atau tidak didengarkan bisa membuat seseorang berhenti berbicara. Mereka merasa percuma berbicara jika pendapatnya selalu diabaikan atau dipotong. Diam pun jadi cara untuk menunjukkan rasa kecewa.
Keheningan ini seringkali menjadi sinyal bahwa mereka menginginkan perubahan. Mereka berharap pihak lain menyadari ada masalah yang perlu diperbaiki. Jika dibiarkan berlarut-larut, pola ini bisa memicu rasa frustasi yang lebih besar.
Sahabat Fimela, demikian faktor yang menjadikan seseorang silent treatment jika sedang ada pertengkaran. Semoga membantu, ya!
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.