
FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pengamat Kebijakan Publik, Sudrajat Maslahat, merespons gelombang protes pengunjuk rasa yang terus mengalir di depan gedung DPRD RI beberapa hari terakhir.
Dikatakan Sudrajat, gelombang protes yang telah menelan satu nyawa pemuda 21 tahun itu merupakan bentuk akumulasi kekecewaan publik.
"Ada akumulasi kekecewaan rakyat yang selama ini dipendam akibat dari pada ulah demokrasi yang kotor dan tidak tegaknya hukum sebagaimana mestinya," ujar Sudrajat kepada fajar.co.id, Jumat (29/8/2025).
Sudrajat membeberkan bahwa saat ini rakyat diperhadapkan dengan situasi yang sangat sulit.
"Tekanan ekonomi, sulitnya mencari pekerjaan, perut lapar yang tidak bisa ditahan," sebutnya.
Sementara di sisi lain, pemerintah melalui Menteri Keuangan, Sri Mulyani, terus mengumumkan sejumlah kebijakan penetapan pajak.
"Ditambah lagi rakyat dibebani bermacam macam pajak membuat harapan hidup lebih baik sirna," Sudrajat menuturkan.
Tambahnya, para pejabat dan wakil rakyat dimanjakan dengan berbagai fasilitas dan kemewahan, semakin membuat gusar rakyat.
"Hanya satu kata, revolusi! Desak Presiden keluarkan dekrit. Bubarkan DPR, bubarkan Kabinet. Segera Pilpres dan Pileg ulang paling lambat satu tahun," timpalnya.
Sudrajat menyebut ini sebagai teori klasik. Sebab, revolusi terjadi biasanya diawali krisis ekonomi dan adanya momentum.
"Jadi trigger dari momentum ini adalah ketidakpekaan pejabat yang tidak becus mengurus negara. Tidak ada emphaty terhadap penderitaan rakyat," kuncinya.
Sebelumnya diberitakan, seorang pemuda yang disebut sebagai driver ojek online (ojol) menjadi korban tragis dalam aksi ricuh di kawasan Pejompongan, Tanah Abang Jakarta Pusat.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: