Cuma Cari Validasi? Psikolog Bongkar Alasan di Balik Oversharing Konten Tragis

2 days ago 10
Stalking Media Sosial

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Fenomena oversharing atau terlalu banyak membagikan informasi pribadi dan sensitif di media sosial kembali jadi sorotan.

Psikolog Klinis RSUD Wangaya Denpasar, Nena Mawar Sari, mengingatkan bahwa perilaku ini bukan hanya berisiko bagi pelaku, tapi juga bisa merugikan orang lain, terutama korban dan keluarganya.

Saat dihubungi ANTARA dari Jakarta, Selasa (3/6), Nena menjelaskan bahwa kecenderungan untuk oversharing sering kali berakar dari kebutuhan mendapatkan pengakuan dari lingkungan digital.

“Ada beberapa hal yang membuat seseorang itu merasa butuh validasi bahwa dia dianggap sebagai satu orang yang peduli kemudian dianggap sebagai orang yang bisa memberikan informasi dengan cepat,” ujar Nena.

Menurutnya, pengguna media sosial yang suka membagikan informasi berlebihan, termasuk hal-hal sensitif seperti foto korban kecelakaan, sering kali merasa puas ketika unggahan mereka mendapatkan banyak respons, seperti disukai, dikomentari, atau dibagikan ulang oleh pengguna lain.

Lebih lanjut, Nena menilai ada individu yang secara sadar membagikan konten tragis demi mendapatkan perhatian, tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap keluarga korban atau orang lain yang pernah mengalami musibah serupa.

Untuk menghindari oversharing yang merugikan, Nena menekankan pentingnya edukasi mengenai empati dan etika digital, terutama dalam membagikan informasi sensitif di ruang publik seperti media sosial.

“Kalau memang sudah terlanjur terjadi (melihat foto kecelakaan menjadi viral) ada baiknya keluarga korban atau pihak yang dirugikan menjalani sesi terapi dengan psikolog untuk mendapatkan pemulihan mental,” ujar Nena, menyarankan langkah pemulihan.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:

Read Entire Article
Relationship |