
FAJAR.CO.ID,JAKARTA — Pakar Hukum Tata Negara, Bivitri Susanti meminta publik tidak menahan amarahnya. Menanggapi rentetan peristiwa politik dan tragedi belakangan ini.
“Marah jangan ditahan-tahan,jangan takut,” kata Bivitri dikutip dari unggahannya di X, Jumat (29/8/2025).
Menurutnya, marah berarti mengindikasikan kompas moral masih berfungsi.
“Kalau kita marah artinya kompas moral kita masih menyala,” ujar pengajar di Sekolah Tinggi Hukum Jentera itu.
Ia menilai, kemarahan itu tanda. Bahwa tidak boleh ada yang ditindas apalagi dilindas.
“Artinya warga yang dibuat miskin, bodoh, dipajaki tanpa dilayani, tetap paham, tidak boleh ada seorangpun yang ditindas, apalagi dilindas,” pungkasnya.
“Artinya yang dibilang tolol sebenarnya cerdas, kuat, dan melawan,” sambung Bivitri.
Aksi unjuk rasa di depan Gedung DPR RI hingga Kamis (28/8/2025) malam diwarnai kericuhan.
Informasi yang dihimpun fajar.co.id, seorang korban meninggal dunia setelah sempat dilarikan ke RS Pelni, Petamburan, Jakarta Pusat. Setelah dilindas mobil taktis milik Brimob saat massa demonstrasi hendak membubarkan diri.
Dalam gambar yang beredar luas di media sosial, tampak jasad korban sudah berada di ruang jenazah rumah sakit tersebut, tertutup kain hijau di atas ranjang besi.
Korban diketahui bernama Affan Kurniawan, seorang pemuda kelahiran Jakarta, 17 Juli 2004.
Berdasarkan identitas yang diterima, Affan merupakan warga Jalan Semangka III RT 014 RW 07, Kelurahan Jatipulo, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat.
Di tengah kabar duka meninggalnya seorang pemuda yang disebut driver ojek online (ojol) setelah terlindas mobil Barracuda Brimob, muncul informasi soal korban lain yang selamat namun mengalami luka-luka.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: