7 Sikap agar Dirimu Tidak Jadi Korban Ghosting

2 days ago 11

Fimela.com, Jakarta Bayangkan ini, Sahabat Fimela. Kamu sedang asyik bertukar cerita dengan seseorang yang tampaknya penuh perhatian. Pesan mereka selalu datang tepat waktu, kata-katanya menyenangkan, dan obrolan kalian terasa nyambung.

Kamu mulai berpikir, mungkin ini bisa jadi sesuatu yang serius. Lalu, tiba-tiba—tanpa aba-aba—mereka menghilang begitu saja. Tidak ada kabar, tidak ada alasan, hanya diam yang menggantung. Rasanya seperti berjalan di lorong yang tadinya terang, lalu lampunya padam satu per satu sampai kamu terjebak dalam gelap. Ini bukan hanya soal kehilangan seseorang yang menarik, tapi juga perasaan dihantui pertanyaan yang tak terjawab: Apa aku yang salah?

Ghosting adalah fenomena yang semakin sering terjadi di era komunikasi serba cepat ini. Akses yang mudah ke orang lain justru membuat hubungan terasa instan—seperti sekali klik, lalu hilang. Tapi, Sahabat Fimela, apakah kamu harus menerima ini begitu saja? Tentu tidak! Daripada bertanya-tanya kenapa seseorang tiba-tiba menghilang, lebih baik kita bahas bagaimana caranya agar kamu tidak jadi korban ghosting. Ada tujuh sikap yang bisa kamu terapkan agar orang yang mendekatimu tidak mudah menarik diri tanpa jejak.

1. Jangan Beri Ruang untuk Kedekatan yang Ilusi

Sahabat Fimela, salah satu jebakan ghosting adalah membiarkan seseorang hadir terlalu cepat tanpa memastikan niat mereka jelas. Kadang, kita terjebak dalam ilusi kedekatan—obrolan panjang semalaman, chat yang intens, atau perhatian yang datang tiba-tiba. Semua itu bisa terasa nyata, tapi apakah benar-benar berarti sesuatu?

Banyak orang yang hanya menikmati attention game tanpa berniat membangun hubungan. Mereka senang diperhatikan, tetapi tidak siap memberi komitmen. Jika kamu terlalu mudah memberikan tempat istimewa tanpa memahami karakter mereka lebih dalam, risiko ghosting jadi lebih besar.

Jangan biarkan perhatian sementara membuatmu merasa ada ikatan yang solid. Uji kedekatan dengan perlahan. Jika seseorang hanya hadir saat mereka butuh hiburan, tetapi menghilang saat kamu butuh kepastian, sudah jelas mereka bukan orang yang layak kamu beri tempat.

2. Pahami Ritme Komunikasi, Jangan Terjebak Ekspektasi

Salah satu penyebab utama ghosting terasa menyakitkan adalah ekspektasi yang tidak terkelola. Ketika seseorang tiba-tiba rutin menghubungi kita, rasanya seperti ada janji tersirat. Kita mulai berharap lebih, mengira komunikasi yang intens berarti hubungan yang berkembang.

Padahal, Sahabat Fimela, tidak semua komunikasi yang sering berarti koneksi yang kuat. Ada orang yang hanya menikmati interaksi ringan tanpa berpikir jauh ke depan. Jika kamu terlalu menggantungkan emosi pada pola komunikasi yang berubah-ubah, kamu akan lebih mudah merasa kehilangan saat mereka menghilang.

Solusinya? Pahami ritme komunikasi dengan lebih realistis. Jika seseorang terlalu cepat akrab, jangan langsung menganggapnya serius. Lihat konsistensi mereka dalam jangka waktu yang lebih panjang. Jika naik turun seperti roller coaster, mungkin saatnya menurunkan ekspektasi sebelum semuanya berujung pada ghosting.

3. Jangan Jadi Kelewat Baik Sampai Tak Dihargai

Sahabat Fimela, kebaikan adalah kualitas yang luar biasa, tetapi ketika diberikan tanpa batas, orang bisa saja mengambilnya tanpa menghargai. Banyak korban ghosting adalah mereka yang selalu berusaha memahami, selalu ada kapan pun dibutuhkan, dan selalu memaafkan meski sudah diberi tanda-tanda buruk.

Ada perbedaan antara jadi orang yang baik dan jadi orang yang terlalu bisa dimanfaatkan. Jika kamu selalu menuruti apa yang mereka inginkan tanpa pernah mempertanyakan apakah mereka juga memberikan hal yang sama untukmu, maka kamu hanya menjadi pilihan yang nyaman, bukan prioritas yang mereka hargai.

Jadilah baik, tapi jangan sampai kehilangan harga diri. Hubungan yang sehat adalah tentang keseimbangan—bukan tentang satu orang yang terus memberi, sementara yang lain hanya menerima lalu pergi tanpa penjelasan.

4. Tunjukkan Bahwa Kamu Tidak Bergantung pada Mereka

Ghosting sering terjadi pada mereka yang terlihat terlalu bergantung. Orang yang suka ghosting biasanya mengincar mereka yang mudah terikat secara emosional, karena itu membuat mereka bisa pergi tanpa konsekuensi besar.

Sahabat Fimela, tunjukkan bahwa hidupmu tetap berjalan tanpa harus bergantung pada seseorang. Jangan biarkan percakapan dengan mereka menjadi satu-satunya sumber kebahagiaanmu. Miliki dunia yang lebih luas—kesibukan, teman, dan passion yang membuatmu tetap utuh meskipun seseorang tiba-tiba menghilang.

Orang yang tahu bahwa kamu tidak mudah goyah akan berpikir dua kali sebelum menghilang begitu saja. Mereka sadar, kamu bukan tipe yang bisa dipermainkan.

5. Uji Keberanian Mereka dalam Bicara Jujur

Orang yang suka ghosting umumnya menghindari percakapan yang sulit. Mereka lebih memilih menghilang daripada harus menjelaskan perasaan atau keputusannya secara langsung. Jika kamu ingin menghindari jadi korban ghosting, buatlah mereka nyaman untuk jujur sejak awal.

Sahabat Fimela, ini bukan berarti kamu harus terus-menerus menekan mereka dengan pertanyaan serius. Namun, kamu bisa membiasakan komunikasi yang terbuka sejak awal. Jika mereka mulai menunjukkan sikap menghindar atau enggan membicarakan perasaan mereka, itu sudah jadi tanda bahaya.

Hubungan yang sehat membutuhkan keberanian untuk jujur, bukan hanya keasyikan sementara yang berujung pada menghilang diam-diam.

6. Jangan Tertipu oleh Atensi yang Manis, Lihat Konsistensinya

Seseorang bisa saja memberikan atensi yang manis—pesan setiap pagi, kata-kata romantis, atau pujian yang membuatmu merasa spesial. Tapi, atensi sesaat tidak sama dengan kepedulian yang konsisten.

Sahabat Fimela, jika seseorang hanya hadir ketika mereka ingin, tetapi tidak bisa diandalkan saat kamu butuh, itu tanda jelas bahwa mereka bukan orang yang layak dipercaya. Orang yang benar-benar peduli tidak akan meninggalkanmu dengan pertanyaan tak terjawab.

Jangan tertipu oleh atensi yang muncul tiba-tiba dan hilang begitu saja. Perhatikan konsistensi mereka dalam berbagai situasi. Jika mereka hanya manis saat suasana hati mereka sedang baik, lalu menghilang saat segalanya mulai lebih serius, mereka hanya bermain-main dengan emosimu.

7. Tidak Perlu Menyalahkan Diri atas Semua yang Terjadi

Ini poin paling penting, Sahabat Fimela. Seseorang menghilang bukan karena kamu kurang menarik, kurang baik, atau kurang berharga. Ghosting adalah cerminan dari karakter mereka, bukan kekurangan dalam dirimu.

Orang yang suka ghosting memilih menghindar daripada berbicara jujur. Itu bukan kesalahanmu. Jika seseorang tidak bisa menghargaimu dengan memberikan penjelasan yang layak, maka merekalah yang kehilangan, bukan kamu.

Jangan biarkan pengalaman buruk membuatmu merasa tidak layak dicintai. Kamu tetap berharga, terlepas dari bagaimana seseorang memilih untuk memperlakukanmu.

Sahabat Fimela, ghosting memang menyebalkan, tetapi bukan berarti kamu harus jadi korban selamanya. Dengan membangun kesadaran, menjaga batasan, dan memahami pola interaksi yang sehat, kamu bisa menghindari jebakan ini. Jangan biarkan siapapun membuatmu merasa tidak berharga hanya karena mereka memilih untuk menghilang.

Hidupmu terlalu berharga untuk disia-siakan oleh orang yang bahkan tidak punya keberanian untuk berbicara jujur. Jaga hati, tetap percaya diri, dan ingat: kamu layak mendapatkan hubungan yang benar-benar menghargaimu.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

  • Endah Wijayanti
Read Entire Article
Relationship |