7 Daya Tarik Casual Dating yang Ternyata Bisa Jadi Boomerang

1 week ago 16

Fimela.com, Jakarta Apa jadinya ketika kebebasan malah mengikat, dan ketiadaan komitmen yang serius justru menyisakan luka yang dalam?

Casual dating, bagi sebagian orang, seperti oase kebebasan dalam dunia percintaan modern. Tak ada tuntutan status, tak ada tekanan masa depan, hanya dua orang dewasa yang sepakat berbagi momen tanpa beban komitmen. Akan tetapi, justru dalam hubungan seperti itu, benih masalah kerap tumbuh diam-diam. Bukan karena salah satu pihak berkhianat, tetapi karena ekspektasi dan realitas tak berjalan beriringan.

Sahabat Fimela, yang jarang dibahas adalah sisi tersembunyi dari hubungan kasual yang tampaknya ringan tetapi ternyata menyimpan dinamika emosional yang tidak semua orang siap hadapi. Artikel ini akan membahas daya tarik casual dating yang selama ini dianggap menyenangkan, tapi jika tidak bijak disikapi, justru bisa menjadi boomerang yang menyakitkan.

1. Rasa Bebas yang Menjebak

Salah satu daya tarik utama casual dating adalah kebebasan. Tak perlu memberi kabar tiap waktu, tak wajib merancang masa depan bersama. Tapi justru karena tidak ada “kewajiban,” batasan jadi kabur. Bebas jadi bumerang saat satu pihak mulai berharap lebih, sementara yang lain tetap berada dalam zona santai.

Hubungan seperti ini menciptakan ruang abu-abu. Sahabat Fimela, siapa yang memegang kendali? Tidak ada. Dan ketika kontrol menghilang, maka kebingungan pun masuk tanpa diundang. Seseorang mungkin merasa kecewa, padahal secara teknis tidak berhak menuntut apa pun.

Yang paling menyakitkan bukan perpisahan, tapi kebingungan tentang perasaan yang tak sempat diformulasikan. Di situlah kebebasan yang awalnya manis bisa berubah menjadi perang batin yang tak disangka.

2. Keintiman tanpa Keterikatan yang Menyisakan Kekosongan

Casual dating kerap menghadirkan keintiman: berbagi tawa, cerita, bahkan yang lebih dekat lagi. Tapi ketika keintiman tak dibarengi keterikatan emosional yang sehat, hubungan menjadi permukaan yang hampa. Ada pelukan, tapi tak ada ketenangan dan kenyamanan.

Sahabat Fimela, tubuh bisa disentuh, tapi hati siapa yang memeluknya? Dalam hubungan kasual, hal ini sering kali tak terjawab. Keterhubungan fisik bisa memberikan ilusi keintiman, padahal secara emosional keduanya bisa sangat terpisah.

Rasa kosong muncul ketika seseorang berharap relasi itu memberi kehangatan berkelanjutan, tapi justru yang datang hanyalah kesementaraan yang terus berulang.

3. Minim Drama, tapi Juga Minim Kepastian

Banyak yang memilih casual dating karena ingin menghindari drama. Dan memang, di awal, semuanya terasa mudah. Tak ada pertengkaran soal komitmen, tak ada cemburu yang berlebihan. Tapi dalam jangka panjang, ketenangan itu bisa berubah menjadi kekosongan arah.

Sahabat Fimela, saat hati mulai bertanya “mau ke mana hubungan ini?” dan tak ada jawaban jelas, maka kebingungan jadi semacam kabut yang menutupi jalan. Ketika perasaan tumbuh, tapi hubungan tetap di tempat, maka keheningan yang dulu menenangkan berubah menjadi kekacauan dalam diam.

Minim drama bukan berarti sehat. Kadang, justru karena tidak ada ruang untuk menyuarakan perasaan, luka pun terakumulasi tanpa pernah bisa diselesaikan.

4. Bisa Jadi Ajang Belajar, tapi Juga Ajang Pengulangan Luka

Ada anggapan bahwa casual dating adalah tempat belajar mengenal orang dan diri sendiri. Tapi jika dilakukan tanpa kesadaran emosional, relasi ini hanya jadi siklus pengulangan rasa sakit. Sama seperti belajar tanpa refleksi, hasilnya hanya kebingungan yang makin dalam.

Sahabat Fimela, berapa banyak dari kita yang masuk hubungan kasual karena ingin "melupakan yang lama" atau "hanya ingin senang-senang sebentar"? Sayangnya, luka yang tidak disembuhkan tak akan menguap hanya karena digantikan dengan kehadiran baru.

Jika relasi dijalani hanya untuk menghindari kesendirian atau trauma masa lalu, maka yang terjadi bukan penyembuhan, melainkan pengalihan. Dan pengalihan bukan solusi, hanya penundaan dari rasa sakit yang akan muncul kembali.

5. Tidak Harus Serius, tapi Emosi Tetap Nyata

Kesepakatan untuk “tidak serius” sering kali hanya berlaku di permukaan. Hati manusia tetap punya naluri terikat, meskipun logika berkata “ini hanya kasual.” Dan ketika naluri dan logika saling bertentangan, konflik internal pun muncul.

Sahabat Fimela, emosi tidak tunduk pada kesepakatan. Kamu bisa berkata ini hanya hubungan santai, tapi jantung tetap berdetak lebih kencang saat dia mulai menjauh. Kamu bisa berkata tidak butuh kepastian, tapi kecewa saat dia dekat dengan yang lain.

Perasaan tidak bisa disetel seperti saklar. Maka dari itu, menjalin hubungan tanpa kesiapan emosional justru bisa memperparah luka-luka terdalam yang selama ini belum selesai.

6. Mudah Dijalani, tapi Sulit Diakhiri

Karena sejak awal tidak mengikat, banyak yang berpikir mengakhiri casual dating akan mudah. Tapi yang sering terjadi justru sebaliknya. Tidak adanya status membuat perpisahan menjadi tidak resmi, tidak tuntas, dan menyisakan banyak tanda tanya.

Sahabat Fimela, tak semua perpisahan butuh air mata, tapi semua butuh penutupan. Dan dalam casual dating, penutupan itu sering kali tidak ada. Tiba-tiba menghilang, perlahan menjauh, tanpa penjelasan yang bisa diterima logika maupun perasaan.

Akhir dari hubungan kasual sering kali lebih menyakitkan karena tidak ada ruang untuk berkata “selamat tinggal.” Yang tersisa hanya rasa menggantung yang tidak punya tempat untuk pulih.

7. Terlihat Modern, tapi Bisa Mengikis Harga Diri

Casual dating sering diasosiasikan dengan gaya hidup modern dan terbuka. Tapi di balik itu, banyak individu yang mulai mempertanyakan nilai dirinya sendiri. “Apa aku hanya layak untuk hubungan seperti ini?” atau “Kenapa dia tak ingin lebih dari ini denganku?”

Sahabat Fimela, pertanyaan-pertanyaan seperti ini bukanlah tanda kelemahan. Itu sinyal bahwa dirimu butuh kejelasan, bukan pengakuan dari orang lain, tapi pengakuan dari diri sendiri bahwa kamu layak dicintai dengan utuh, bukan separuh-separuh.

Jika casual dating membuatmu sering meragukan harga dirimu sendiri, maka mungkin sudah waktunya meninjau ulang apa yang benar-benar kamu cari dalam sebuah hubungan.

Casual dating bisa jadi sebuah pilihan. Tapi seperti semua pilihan, ia datang dengan risiko. Sahabat Fimela, jika kamu memilih jalur ini, pastikan kamu siap secara emosional. Pastikan kamu tidak menaruh hatimu di tempat yang tak siap menjaganya.

Dan yang paling penting, ketahui kapan harus berhenti. Karena hubungan yang sehat—apapun bentuknya—adalah yang tidak mengorbankan martabat, ketenangan, dan harga diri.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

  • Endah Wijayanti
Read Entire Article
Relationship |