Mengenal Istilah Manchild, Red Flag yang Sering Dibicarakan Gen Z

Fimela.com, Jakarta Salah satu istilah yang lagi sering berseliweran di TikTok akhir-akhir ini adalah manchild. Walau sekilas terdengar lucu, istilah ini ternyata jadi salah satu red flag yang paling sering dikeluhkan banyak orang, terutama Gen Z yang sedang menjalin hubungan.

Istilah manchild pertama kali jadi sorotan karena digunakan dalam lagu Manchild dari Sabrina Carpenter, penyanyi yang juga tengah naik daun lewat album barunya Short n’ Sweet. Lagu tersebut menggambarkan sosok pria yang secara usia sudah dewasa, tapi perilakunya masih kekanak-kanakan, terutama dalam urusan asmara.

Lirik-liriknya yang sarkastik dan relatable bikin banyak pendengar merasa terwakili oleh pengalaman hubungan mereka di masa lalu. Sejak itu, kata manchild makin populer dan sering digunakan buat menyebut pasangan pria yang enggan bertanggung jawab, mudah tersinggung, dan selalu menghindar dari pembicaraan serius.

Fenomena manchild bukan sekadar sebutan iseng di TikTok. Dilansir dari Good Men Project (17/7), ini beberapa tanda yang biasanya bikin laki-laki terlihat belum siap dewasa:

• Enggan Bertanggung Jawab: Laki-laki tipe ini cenderung menghindar dari kewajiban, mulai dari urusan kerjaan sampai urusan rumah tangga. Hidupnya masih sepenuhnya ditopang orang lain, tapi menurutnya, itu bukan hal yang perlu dipermasalahkan.
• Kebiasaan Menyalahkan Orang Lain: Alih-alih introspeksi, semua hal buruk yang terjadi dalam hidupnya pasti karena orang lain, dari bos yang “toxic” sampai mantan yang dituding sebagai penyebab hubungan gagal.
• Minim Empati: Karena tidak terbiasa untuk memikirkan perasaan orang lain, dia sering terlihat egois, bahkan bisa terkesan narsistik. Dunia seolah hanya berputar di sekelilingnya.
• Peter Pan Syndrom: Intinya: ia menolak untuk tumbuh dewasa. Gaya bicara, cara berpikir, dan sikapnya kerap membuat orang bertanya-tanya, apakah ia seorang laki-laki dewasa atau justru masih bersikap seperti anak-anak?

Fenomena manchild makin ramai dibahas karena makin banyak yang sadar bahwa kedewasaan emosional itu penting dalam hubungan. Tren ini juga muncul seiring dengan meningkatnya kesadaran akan kesehatan mental dan batasan pribadi (boundaries) di kalangan anak muda.

Bisa dibilang, ini juga bentuk perlawanan terhadap budaya yang selama ini meromantisasi sosok pria “cuek” atau “bad boy”. Sekarang standar mulai berubah: pria yang komunikatif, bisa mengatur emosi, dan bertanggung jawab justru semakin dianggap penting dalam menjalin hubungan.

Meskipun istilah ini terdengar lucu atau sarkastik, penting diingat bahwa istilah "manchild" bukan untuk menjatuhkan laki-laki secara umum. Justru tren ini membuka ruang untuk diskusi soal pentingnya kedewasaan emosional dalam membangun hubungan yang sehat dan setara.

Jika seseorang merasa pasangannya bersikap seperti manchild, bukan berarti hubungan harus langsung berakhir. Tapi bisa jadi sinyal untuk mengajak bicara, mengevaluasi, dan melihat apakah pasangan bersedia untuk tumbuh bersama.

Istilah seperti “manchild” mungkin terdengar santai dan jenaka, tapi jadi pengingat bahwa kedewasaan bukan cuma soal umur. Di era ketika banyak orang mulai berani menetapkan boundaries dan tahu apa yang mereka butuhkan dalam hubungan, memahami tanda-tanda seperti ini bisa jadi langkah awal untuk saling tumbuh, bukan saling tarik-ulur tanpa arah.