Menarik Diketahui, Ini Alasan Mengapa Valentine Identik dengan Cokelat

3 weeks ago 23

Fimela.com, Jakarta Setiap tanggal 14 Februari, banyak pasangan di seluruh dunia saling memberikan cokelat sebagai wujud dari cinta dan kasih sayang mereka. Namun, tidak sedikit orang yang tidak menyadari alasan di balik keterkaitan yang kuat antara cokelat dan Hari Valentine. Apakah ini sekadar tradisi atau ada latar belakang sejarah yang lebih mendalam?

Tradisi ini ternyata memiliki sejarah yang kaya, dimulai dari kepercayaan kuno, kisah Santo Valentine, hingga kontribusi industri cokelat dalam menciptakan kebiasaan ini. Pada zaman dahulu, cokelat dianggap sebagai barang yang sangat mewah dan hanya dapat dinikmati oleh kalangan bangsawan. Namun, seiring berjalannya waktu, inovasi dalam pembuatan cokelat membuatnya semakin terjangkau dan akhirnya menjadi pilihan utama sebagai hadiah di Hari Valentine.

Dengan berbagai perkembangan dalam sejarah dan strategi pemasaran yang cerdas, cokelat telah menjadi simbol yang tak terpisahkan dari perayaan cinta ini. Artikel ini akan membahas bagaimana cokelat bertransformasi menjadi lambang kasih sayang dan alasan mengapa pada setiap Hari Valentine, orang-orang lebih memilih untuk memberikan cokelat kepada orang tercinta. Simak informasi selengkapnya yang dirangkum oleh Liputan6, pada hari Jumat (14/2).

Perayaan Hari Kasih Sayang atau Valentine Day perajin cokelat karakter di Sidoarjo, kebanjiran order hingga 3 kali lipat daripada hari biasanya. Pemesan bukan hanya dari berbagai daerah di Indonesia namun juga hingga HongKong dan Singapura.

Sejarah Hari Valentine: Dari Festival Romawi hingga Santo Valentine

Menurut ANTARA, hari Valentine memiliki sejarah yang cukup mendalam, bermula dari Festival Lupercalia yang dirayakan di Romawi kuno setiap pertengahan bulan Februari. Festival ini diadakan untuk menyambut datangnya musim semi dan merayakan kesuburan, yang melibatkan berbagai ritual, termasuk pengundian nama pasangan secara acak sebagai bagian dari tradisi cinta. Namun, seiring dengan perkembangan agama Kristen, makna perayaan ini mulai berubah dan akhirnya dihubungkan dengan sosok Santo Valentine.

Santo Valentine dikenal sebagai seorang imam Kristen yang hidup pada masa pemerintahan Kaisar Claudius II. Pada waktu itu, Claudius II melarang pernikahan bagi para prajurit muda, dengan alasan bahwa laki-laki yang belum menikah dianggap lebih tangkas dalam pertempuran. Meskipun demikian, Santo Valentine menentang kebijakan tersebut dan tetap menikahkan pasangan muda secara diam-diam, yang berujung pada penangkapannya dan dieksekusi pada tanggal 14 Februari. Pengorbanan yang dilakukannya membuat namanya diingat dan menjadikannya simbol perayaan cinta.

Di abad pertengahan, Hari Valentine semakin diasosiasikan dengan romansa, terutama setelah penyair terkenal seperti Geoffrey Chaucer dan William Shakespeare menciptakan karya-karya yang mengaitkan hari tersebut dengan tema cinta. Sejak saat itu, tradisi untuk saling bertukar surat cinta, memberikan hadiah, dan berbagai bentuk ungkapan kasih sayang semakin berkembang pesat, hingga akhirnya membentuk tradisi modern yang kita kenal saat ini.

Cokelat sebagai Barang Mewah: Dari Suku Aztec hingga Bangsawan Eropa

Menurut informasi dari kioskcokelat.com, cokelat yang kita nikmati saat ini dulunya memiliki status yang sangat tinggi dalam peradaban kuno. Suku Maya dan Aztec di wilayah Amerika Tengah menganggap biji kakao sebagai berkah dari dewa-dewa, sehingga mereka memanfaatkannya sebagai alat tukar dan juga sebagai bahan untuk minuman yang hanya diperuntukkan bagi kalangan bangsawan dan prajurit. Selain itu, cokelat juga diyakini memiliki berbagai manfaat kesehatan, termasuk meningkatkan energi dan gairah. Ketika bangsa Spanyol memperkenalkan cokelat ke Eropa pada abad ke-16, minuman cokelat panas segera menjadi populer di kalangan aristokrat.

Karena proses pembuatan cokelat yang rumit serta bahan bakunya yang mahal, cokelat pun menjadi lambang kemewahan yang hanya dapat dinikmati oleh segelintir orang. Di masa Victoria, cokelat mulai diasosiasikan dengan cinta dan kasih sayang, di mana banyak pria memberikan cokelat sebagai ungkapan perasaan kepada wanita yang mereka cintai. Memasuki abad ke-19, kemajuan teknologi memungkinkan produksi cokelat dalam jumlah besar, sehingga membuatnya lebih terjangkau bagi masyarakat luas.

Sejak saat itu, cokelat tidak lagi menjadi konsumsi eksklusif bagi bangsawan, melainkan dapat dinikmati oleh berbagai lapisan masyarakat. Tradisi ini terus berkembang, dan cokelat kini menjadi pilihan hadiah yang ideal untuk berbagai momen spesial, termasuk Hari Valentine. 

Richard Cadbury dan Kotak Cokelat Berbentuk Hati

Kontribusi signifikan dalam menjadikan cokelat sebagai simbol Hari Valentine berasal dari seorang pengusaha asal Inggris, Richard Cadbury. Pada tahun 1861, Cadbury menyadari adanya peluang untuk meningkatkan penjualan cokelat dengan merancang kotak yang berisi cokelat berbentuk hati, lengkap dengan desain yang romantis. Kotak tersebut tidak hanya berfungsi sebagai tempat cokelat, tetapi juga dapat digunakan untuk menyimpan kenang-kenangan setelah cokelatnya habis. Strategi inovatif ini terbukti sangat sukses dan semakin mengaitkan cokelat dengan perayaan Hari Valentine.

Di era Victoria, memberikan hadiah dalam kemasan yang menarik memiliki makna yang sangat dalam, sehingga inovasi yang dilakukan oleh Cadbury semakin memperkuat hubungan antara cokelat dan kasih sayang. Seiring berjalannya waktu, tradisi ini menyebar ke berbagai belahan dunia dan menjadi elemen yang tidak terpisahkan dari perayaan Hari Valentine.

Dengan pertumbuhan industri cokelat yang pesat, banyak merek lain mulai mengikuti jejak Cadbury dengan menciptakan beragam variasi cokelat dalam kemasan yang menarik. Dari cokelat praline hingga truffle, pilihan yang tersedia semakin beragam, namun esensi dari cokelat tetap sama: cokelat sebagai ungkapan cinta dan perhatian.

Penyebaran Tradisi: Cokelat sebagai Hadiah Universal

Seiring berjalannya waktu, tradisi memberikan cokelat pada Hari Valentine telah menyebar ke berbagai penjuru dunia, dengan berbagai variasi yang muncul di setiap budaya. "Di Jepang, misalnya, terdapat kebiasaan unik di mana perempuan memberikan cokelat kepada laki-laki pada 14 Februari, yang kemudian dibalas pada 14 Maret dalam perayaan 'White Day'." Di Amerika Serikat dan Eropa, cokelat umumnya diberikan sebagai hadiah dari pria kepada wanita, meskipun saat ini siapa pun dapat memberikan cokelat kepada orang yang mereka cintai tanpa memandang jenis kelamin.

Sementara itu, di Indonesia, meskipun Hari Valentine tidak dirayakan secara resmi, banyak orang yang tetap mengikuti tren pemberian cokelat sebagai simbol kasih sayang. Pemasaran dari industri cokelat juga memiliki peran yang signifikan dalam menjaga tradisi ini tetap hidup. Melalui berbagai iklan dan promosi, cokelat semakin diidentikkan dengan Hari Valentine, sehingga memperkuat posisinya sebagai pilihan hadiah yang paling populer untuk merayakan cinta di kalangan masyarakat.

Makna Cokelat di Hari Valentine: Simbol Kasih Sayang dan Apresiasi

Cokelat pada Hari Valentine lebih dari sekadar sekadar hadiah, melainkan memiliki makna yang sangat dalam. Bagi banyak orang, cokelat diartikan sebagai simbol dari kasih sayang dan penghargaan kepada orang-orang terkasih. Baik untuk pasangan, anggota keluarga, atau teman, cokelat berfungsi sebagai sarana untuk mengekspresikan perasaan dengan cara yang manis dan menyenangkan.

Selain itu, cokelat dikenal memiliki kemampuan untuk meningkatkan suasana hati karena mengandung senyawa yang dapat merangsang produksi hormon kebahagiaan. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika cokelat sering diasosiasikan dengan cinta dan kebahagiaan, menjadikannya pilihan yang sangat relevan sebagai hadiah di Hari Valentine.

Seiring dengan perkembangan zaman, makna cokelat dalam perayaan Valentine pun mengalami perubahan, mengikuti tren serta kebiasaan yang ada di masyarakat. Namun, satu hal yang tetap konsisten adalah statusnya sebagai simbol cinta yang bersifat universal, yang terus dilestarikan dari generasi ke generasi. Cokelat, dengan segala keistimewaannya, tetap menjadi pilihan utama bagi banyak orang untuk menyampaikan perasaan mereka di hari yang istimewa ini.

FAQ Seputar Hari Valentine

Q: Mengapa cokelat menjadi simbol utama pada Hari Valentine?A: Cokelat menjadi simbol utama pada Hari Valentine karena sejarahnya yang panjang sebagai barang mewah dan simbol kasih sayang. Inovasi pemasaran oleh produsen cokelat seperti Richard Cadbury juga berperan besar dalam mengaitkan cokelat dengan perayaan kasih sayang ini.

Q: Bagaimana tradisi pemberian cokelat pada Hari Valentine dimulai?A: Tradisi ini dimulai pada abad ke-19 ketika Richard Cadbury menciptakan kotak cokelat berbentuk hati yang dihiasi desain romantis untuk meningkatkan penjualan produknya, yang kemudian menjadi populer sebagai hadiah pada Hari Valentine.

Q: Apakah pemberian cokelat pada Hari Valentine dilakukan di seluruh dunia?A: Ya, tradisi ini telah menyebar ke berbagai negara dan budaya, meskipun dengan variasi masing-masing. Misalnya, di Jepang, perempuan memberikan cokelat kepada laki-laki pada tanggal 14 Februari, dan laki-laki membalasnya pada tanggal 14 Maret, yang dikenal sebagai "White Day".

Q: Apa makna memberikan cokelat pada Hari Valentine?A: Memberikan cokelat pada Hari Valentine biasanya diinterpretasikan sebagai simbol kasih sayang dan perasaan hangat. Ini bisa menjadi bentuk penghargaan atau pengakuan atas hubungan yang ada, atau sebagai ungkapan perasaan kepada seseorang.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

  • Miranti
Read Entire Article
Relationship |