
FAJAR.CO.ID, TEHERAN -- Parlemen Iran menilai, kerja sama dengan International Atomic Energy Agency (IAEA) sudah tidak relevan karena lembaga tersebut telah menjadi "alat politik".
Hal tersebut disampaikan Ketua Parlemen Iran, Mohammad Bagher Ghalibaf.
Parlemen secara bulat menyetujui rancangan undang-undang untuk menangguhkan seluruh bentuk kerja sama dengan Badan Energi Atom Internasional.
Langkah ini dinilai akan semakin menyulitkan pemantauan independen terhadap kerusakan yang ditimbulkan akibat serangan udara gabungan Amerika Serikat (AS) dan Israel terhadap tiga situs nuklir utama Iran.
Keputusan ini juga berpotensi memperlemah kemampuan dunia untuk melacak keberadaan uranium yang telah diperkaya dalam tingkat tinggi.
"IAEA tidak lagi menjalankan tugasnya dan telah berubah menjadi alat tekanan politik," kata Mohammad Bagher Ghalibaf usai sidang.
Melansir The Guardian, pada Kamis (26/6/2025), mosi ini disahkan tanpa suara penolakan dan menunjukkan sikap tegas Iran pascaserangan selama 12 hari yang dilancarkan AS dan Israel, yang hanya didukung dengan antusiasme terbatas oleh negara-negara Eropa.
Ghalibaf menegaskan bahwa program nuklir sipil Iran akan terus berlanjut "dengan kecepatan tinggi", membantah pernyataan Presiden AS Donald Trump yang mengklaim bahwa Iran "tidak akan berani mendekati" program nuklirnya lagi.
Keputusan tersebut kini menunggu pengesahan akhir dari Dewan Wali (Guardian Council), badan yang bertugas meninjau legislasi.
Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmail Baghaei, menjadi pejabat pertama yang secara terbuka mengakui kerusakan serius di fasilitas nuklir negaranya.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: