
FAJAR.CO.ID -- Juru bicara Hamas, Jihad Taha, menegaskan bahwa kelompok perlawanan Palestina mendesak Amerika Serikat untuk memberikan jaminan tertulis yang serius dalam setiap proposal perdamaian terkait konflik di Jalur Gaza.
Pernyataan itu disampaikan menyusul usulan yang diajukan oleh Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, yang tengah menengahi proses penghentian perang antara Hamas dan Israel.
"Hamas dan kelompok perlawanan lainnya sedang meninjau secara cermat proposal dari Steve Witkoff," ujar Taha dalam keterangan yang dikutip dari Pusat Informasi Palestina dan dilaporkan IRNA, Sabtu (31/5).
Menurutnya, usulan terbaru yang diajukan oleh pihak AS belum mencantumkan jaminan yang dibutuhkan, serta gagal mengakomodasi sejumlah tuntutan utama Hamas, termasuk gencatan senjata total dan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza.
Meski demikian, Taha menegaskan bahwa Hamas tetap terbuka terhadap setiap inisiatif yang mengarah pada penghentian perang.
"Kami mempertahankan sikap positif terhadap setiap usulan yang dapat mengarah pada akhir agresi dan penarikan pasukan pendudukan," ujarnya.
Namun, ia menilai proposal Witkoff belum memiliki mekanisme jaminan, baik secara langsung maupun bertahap, untuk memastikan berakhirnya agresi militer Israel di wilayah tersebut.
Bencana Kemanusiaan di Gaza
Lebih lanjut, Taha juga menyerukan kepada organisasi-organisasi internasional untuk segera menetapkan status darurat kemanusiaan di Gaza. Ia menyoroti dampak perang yang terus memburuk bagi warga sipil.
Menurut data dari kantor berita Wafa, sejak 7 Oktober 2023, agresi militer Israel telah menewaskan 54.321 orang dan melukai 123.770 lainnya di Jalur Gaza.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: