Elong, Tradisi Lisan Bugis-Makassar yang Sarat Makna

1 day ago 9

Oleh: Desy Selviana
(Pustakawan)

Di balik aksara lontara yang menjadi identitas kebudayaan Bugis-Makassar, tersimpan tidak hanya catatan hukum dan sejarah, tetapi juga kekayaan ekspresi batin dalam bentuk elong—nyanyian khas yang penuh makna dan sarat pesan.

Elong dalam aksara Lontara dilantunkan bukan sebagai hiburan berirama, melainkan sebagai cermin rasa dan nilai kehidupan: dari kerinduan mendalam, perpisahan yang menyayat, hingga nasihat spiritual yang menuntun jiwa.

Ragam elong ini diwariskan turun-temurun, dilantunkan dengan intonasi khas menyerupai tembang lirih, menjadi warisan budaya yang memperkaya khazanah sastra lisan Sulawesi Selatan.

Elong Ugi : Nyanyian Rindu dan Perpisahan

Beberapa lontara memuat syair asmara yang menggambarkan hubungan dua insan yang saling merindukan. Mereka saling mengenang kenangan manis di tengah jarak dan waktu:

Tenna rata ripabbatiq wijanna ripallengngeq paccodowangédé. Joppanaro nasoéna nabatiq tau décéngnabellé natungka…

Sementara itu, dalam naskah lainnya tergambar pilu perpisahan antar keluarga atau sahabat. Kata-katanya puitis, namun terasa menyayat:

Engka manguju melleq pangka ati gowari ajaq muaggangka… Baliwi melleq pésona iya namawéwé rampéyakki leba…

Nasihat dalam Nyanyian

Tak hanya soal rasa, elong juga menyisipkan nilai-nilai kehidupan. Syair menjadi media untuk menasihati agar manusia bekerja dengan tulus dan sabar demi meraih berkah.
Ininnawa matinulu malomo nalétéi pammasé Déwata…

Di antara lontara juga ditemukan syair yang mengandung nilai keteguhan pendirian, seperti:

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:

Read Entire Article
Relationship |