7 Cara Ikhlas Melepaskan Seseorang yang Tidak Tulus Mencintaimu

15 hours ago 3

Fimela.com, Jakarta Di dunia ini, tidak semua yang datang dalam hidup akan tinggal, apalagi mencintai dengan tulus. Terkadang, seseorang hadir hanya untuk mengisi kekosongan sebentar, bukan untuk menjadi tempat kembali. Saat kenyataan menunjukkan bahwa cintanya tidak tulus, bukan perasaan yang harus dipertanyakan—tetapi cara kita merespons kebenaran itulah yang akan menentukan kedewasaan kita.

Menjadi dewasa bukan sekadar tentang mampu bertahan, melainkan juga tentang tahu kapan harus melepaskan. Apalagi jika seseorang yang kita perjuangkan justru menjadikan cinta sebagai permainan sepihak. Sahabat Fimela, melepaskan bukan bentuk kelemahan, justru di sanalah letak kekuatan yang tidak bisa diukur oleh logika. Berikut tujuh cara ikhlas yang bisa kamu temukan bukan dari teori, tetapi dari keberanian untuk menerima apa adanya.

1. Beri Batas untuk Mengembalikan Kendali Diri

Melepaskan seseorang yang tidak tulus bukan berarti menutup semua pintu, tetapi memilih menutup yang membuatmu terus dilukai. Saat kamu menetapkan batas, kamu sedang mengambil alih kembali kendali yang tanpa sadar telah kamu serahkan begitu saja. Sahabat Fimela, batas ini bukan sekadar fisik, tetapi juga emosional dan mental.

Lepaskan akses yang ia miliki atas pikiranmu. Tidak semua notifikasi harus dibuka, tidak semua kenangan harus diulang. Saat kamu mulai membatasi ruang yang sebelumnya ia duduki, kamu sedang mengosongkan tempat untuk sesuatu yang lebih layak. Di situlah awal dari kebebasan batin dimulai.

Dan jangan merasa bersalah karena tegas pada dirimu sendiri. Rasa bersalah hanya akan datang jika kamu terus memaksa mempertahankan yang memang sejak awal tidak pernah berusaha bertahan untukmu.

2. Bedakan Antara Kehilangan dan Pelepasan

Kehilangan terasa menyakitkan karena sesuatu diambil secara paksa. Tapi pelepasan adalah keputusan sadar untuk tidak lagi menggenggam yang menyakitkan. Dua hal ini serupa, tapi tidak sama. Sahabat Fimela, ketika kamu menyadari perbedaannya, proses menjadi lebih tenang.

Kamu tidak benar-benar kehilangan seseorang yang tidak pernah benar-benar mencintaimu. Justru kamu sedang melepaskan beban ilusi dari rasa yang kamu ciptakan sendiri. Ketulusan tidak bisa dipaksa, dan kamu tidak berkewajiban untuk terus menunggu seseorang yang hanya melihatmu saat butuh saja.

Pelepasan adalah bentuk penghormatan tertinggi kepada dirimu sendiri. Saat kamu memilih untuk tidak lagi bertahan, kamu sedang mengatakan bahwa harga dirimu terlalu berharga untuk dipermainkan.

3. Lihat dengan Jujur, Bukan dengan Harapan Kosong

Sahabat Fimela, harapan sering kali membuat mata kita kabur dari kenyataan. Kita melihat apa yang ingin kita lihat, bukan apa yang sebenarnya ada. Padahal kejujuran terhadap diri sendiri justru mempercepat proses penyembuhan.

Alih-alih bertanya "mengapa dia berubah?", lebih baik kamu mulai melihat sejak kapan kamu mengabaikan tanda-tanda bahwa dia tidak pernah tulus. Lihat geraknya, dengar ucapannya, rasakan tindakannya. Cinta yang tulus tidak menggantung atau menyamar sebagai perhatian yang pura-pura.

Berhenti menafsirkan sikap dinginnya sebagai fase. Berhenti membenarkan ketidakhadirannya sebagai alasan kesibukan. Ketika kamu melihat seseorang sebagaimana adanya, bukan sebagaimana kamu inginkan, saat itulah kamu sedang menyelamatkan dirimu sendiri.

4. Terima bahwa Kamu Juga Bisa Salah Memilih

Banyak orang merasa gagal karena hubungan tidak berjalan seperti yang diharapkan. Padahal, Sahabat Fimela, salah memilih bukan aib. Itu bagian dari belajar mengenal dirimu dan orang lain dengan lebih baik.

Kamu bukan gagal mencintai, kamu hanya tersesat dalam cinta yang tidak punya tujuan yang sama. Alih-alih menyalahkan diri sendiri, sadari bahwa kamu telah cukup berani untuk memberi kesempatan. Tidak semua orang layak menerima itu, dan tidak semua yang kamu beri akan mengerti nilainya.

Menerima bahwa kamu salah memilih bukan berarti menyerah, melainkan membebaskan dirimu dari terus-menerus menyesal. Yang salah bukan mencintai, tapi tetap tinggal padahal kamu tahu kamu dilukai.

5. Tumbuhkan Kebiasaan yang Mengisi Kekosongan Secara Sehat

Setelah melepaskan, kekosongan pasti datang. Tapi bukan berarti kamu harus mengisinya dengan hal serampangan. Sahabat Fimela, kebiasaan baru bukan pelarian, tetapi jembatan menuju pemulihan.

Alihkan energi emosionalmu ke hal-hal yang memperkuatmu. Olahraga ringan, membaca buku, atau bahkan sekadar berjalan tanpa tujuan jelas bisa menjadi cara sederhana untuk kembali terkoneksi dengan dirimu sendiri. Jangan buru-buru menggantikan sosoknya dengan orang baru, itu bukan penyelesaian, hanya pengalihan.

Beri ruang bagi dirimu untuk tumbuh. Sebab kadang, yang perlu kamu lakukan bukan menemukan pengganti, tetapi menjadi versi dirimu yang tidak lagi merasa butuh dicintai secara setengah-setengah.

6. Jadikan Luka sebagai Pendorong, Bukan Penghalang

Sahabat Fimela, luka dari cinta yang tidak tulus bisa membentuk dua hal: pagar atau sayap. Kamu bisa memilih menutup diri dan mencurigai semua orang, atau belajar terbang lebih tinggi dengan pelajaran yang kamu dapat.

Tidak semua luka butuh waktu lama untuk sembuh, asal kamu tidak terus mengoreknya. Biarkan luka itu bicara, tapi jangan biarkan ia memimpin. Kamu lebih besar dari rasa sakit itu.

Gunakan rasa kecewa sebagai bahan bakar untuk membuktikan bahwa kamu tidak akan jatuh di lubang yang sama. Orang yang menyakitimu tidak layak menjadi pusat dari kisahmu. Kamu penulis utamanya, bukan dia.

7. Lepaskan Harapan Akhir yang Tidak Pernah Dimulai

Salah satu hal yang membuat melepaskan terasa sulit adalah karena kita sudah membayangkan ujung cerita yang tidak pernah dimulai. Sahabat Fimela, membayangkan masa depan bersama seseorang yang tidak pernah benar-benar hadir hanyalah memperpanjang penderitaan.

Tinggalkan semua narasi yang kamu buat sendiri. Kamu tidak gagal karena ceritanya tidak berakhir bahagia, kamu justru berhasil karena tidak memaksakan akhir yang palsu. Kadang, tidak semua yang indah harus diwujudkan. Ada kisah yang hanya cukup dituliskan dalam hati, tanpa harus terjadi.

Belajar ikhlas adalah belajar menerima bahwa kamu pantas dicintai oleh seseorang yang tidak membuatmu bertanya-tanya. Yang tidak kamu kejar, tapi malah datang karena tahu bagaimana cara tinggal. Dan melepaskan yang tidak tulus adalah langkah pertamamu menuju cinta yang tidak perlu diragukan.

Sahabat Fimela, melepaskan seseorang yang tidak tulus mencintaimu memang tidak akan terasa ringan. Tapi bukan berarti tidak bisa dilakukan. Setiap detik yang kamu pilih untuk menenangkan hati, adalah bentuk keberanian yang tidak semua orang miliki.

Kamu tidak kehilangan apa pun yang sebenarnya tidak pernah kamu miliki. Yang hilang hanya ilusi, yang tersisa adalah ruang untuk mencintai dirimu sendiri dengan sepenuh hati. Dan itu lebih dari cukup.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

  • Endah Wijayanti
Read Entire Article
Relationship |