
FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Polemik pemindahan empat pulau dari wilayah Aceh ke Sumatera Utara (Sumut) memicu gelombang penolakan, termasuk dari pegiat media sosial Nicho Silalahi.
Nicho blak-blakan dan secara tegas menyatakan ketidaksetujuannya terhadap langkah Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).
Mengaku lahir dan dibesarkan di Sumut, ia menyatakan bahwa masyarakat tidak memerlukan tambahan wilayah dari Aceh, apalagi jika itu berpotensi menimbulkan konflik baru.
"Saya Nicho Silalahi, lahir dan dibesarkan di Sumatera Utara, serta berkeinginan jikalau saya mati harus dikebumikan di tanah leluhurku yang berada di Sumatera Utara,” ujar Nicho di X @Nicho_Silalahi (11/6/2025).
Ia lalu menegaskan bahwa dirinya menolak wacana pengalihan empat pulau milik Aceh ke Sumut.
“Dengan ini menegaskan bahwa kami tidak membutuhkan 4 pulau milik Aceh masuk ke wilayah Sumut. Biarlah masyarakat Aceh yang mengelola pulau itu,” lanjutnya.
Lebih dari sekadar penolakan, Nicho juga menyinggung persoalan lama yang hingga kini belum dituntaskan pemerintah, yakni penguasaan lahan di Sumut oleh korporasi besar.
Ia mencontohkan beberapa nama seperti PT Toba Pulp Lestari dan Taman Simalem Resort yang disebutnya mencaplok tanah adat masyarakat.
"Sebab banyak tanah leluhur kami saja masih dicaplok oleh oligarki seperti PT Toba Pulp Lestari, Taman Simalem Resort, dll,” tegas Nicho.
Ia pun mendesak pemerintah, khususnya Kemendagri, agar lebih fokus menyelesaikan masalah internal di Sumut ketimbang menciptakan persoalan baru lewat perubahan batas wilayah.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: