Fimela.com, Jakarta Bagi masyarakat Indonesia, September disebut sebagai bulan yang ceria. Mengacu pada lagu lawas Vina Panduwinata yang berjudul "September Ceria". Namun, ternyata ada fenomena unik yang secara tidak sadar terjadi pada bulan September.
Adalah Breakup Season, di mana banyak pasangan yang secara kebetulan mengakhiri hubungan cinta mereka di bulan September. Mengapa bisa demikian?
1. Masa Transisi
Mengutip dari laman Vice, fenomena breakup season ini terjadi didukung oleh beberapa faktor psikologis dan sosial yang menarik. Tidak sedikit hubungan cinta yang berakhir lantaran adanya perubahan lingkungan dan pola pikir individu. Hal ini menjadi dua pemicu utama dari konflik dalam hubungan yang berakhir dengan putus.
Mengapa hal tersebut terjadi di bulan September? Di sejumlah negara, September memiliki nilai historis dan budaya yang melekat. Di mana September menjadi bagian dari menjadi periode penutupan dan awal baru dalam berbagai aspek kehidupan. Sehingga September menjadi masa peralihan atau transisi dari berakhirnya musim liburan, sebelum kembali ke rutinitas harian. Fase ini memicu refleksi diri di alam bawah sadar.
Di masa transisi ini, banyak orang yang memanfaatkannya sebagai momen evaluasi diri untuk kembali menentukan prioritas dan tujuan hidup. Tak terkecuali dalam konteks hubungan cinta.
Di Indonesia, hal tersebut juga terjadi dengan adanya perubahan musim, dari kemarau ke hujan. Hal ini membuat individu memiliki suasana hati yang kontemplatif. Pakar kecan Tina Wlson pun menjelaskan pergeseran suasan ini bisa memicu refleksi diri yang lebih mendalam.
Adanya pola pikir yang baru ini bisa meluas ke aspek manapun, termasuk hubungan diri. Seseorang cenderung merefleksikan kembali hubungan cinta maupun gaya hidup yang mereka jalani saat ini sebelum akhir tahun. Tujuannya untuk menemukan kembali keselarasan hidup.
2. Mendekati akhir tahun
Selain dari sisi individu, fenomena Breakup season juga dipicu oleh posisi bulan September yang semakin dekat dengan akhir tahun. Bulan-bulan ini menjadi momen bagi banyak pasangan untuk mengevaluasi kembali hubungan cinta mereka sebelum melangkah ke jenjang yang serius.
Apalagi momen liburan di Indonesia dijadikan sebagai momen kumpul keluarga. Secara sosial dan budaya, momen liburan membawa tekanan bagi seseorang untuk melibatkan atau membawa pasangan pada keluarga untuk diperkenalkan, yang bisa menjadi awalan untuk hubungan yang lebih serius.
Sementara itu, tidak semua individu merasa siap secara mental untuk membawa pasangannya. Menciptakan tekanan dan beban tersendiri pada hubungan yang belum stabil. Ketika melihat adanya tekanan yang terlalu besar, beberapa pasangan memilih membuat keputusan untuk mengakhiri hubungan sebelum situasi menjadi lebih rumit.
3. Summer Flings
Hubungan singkat yang terbentuk selama musim panas atau Summer Flings cenderung memudar dan berakhir di September. Hubungan singkat ini kerap kali tidak memiliki fondasi yang kuat sehingga hanya bisa bertahan dalam kurun waktu tertentu. Hubungan tersebut hanya memiliki gairahnya selama liburan yang santai. Kemudian berakhir begitu saja ketika sudah kembali ke rutinitas awal.
Munculnya fenomena ini mungkin menimbulkan kekhawatiran bagi pasangan. Namun break up season belum tentu terjadi ketika pasangan memiliki strategi yang tepat untuk menyelesaikan konflik. Salah satunya dengan memperkuat komunikasi dengan pasangan.
Katakan apapun yang perlu kamu katakan sehingga pasangan bisa memahami apa yang menyelimuti pikiranmu. Selain itu, kamu dan pasangan bisa menemukan kompromi yang tepat untuk kedua belah pihak. Termasuk perihal memperkenalkan pasangan pada keluarga. Sepakati hal-hal kecil bersama untuk menghindari konflik di masa yang akan datang.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.