
FAJAR.CO.ID, WASHINGTON DC -- Kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump tidak hanya dipandang kontroversial di mata masyarakat internasional, tapi penilaian sama juga datang dari dalam negeri.
Warga AS yang kecewa dengan kebijakan Trump bahkan. Menggelar demo besar-besaran. Pada Sabtu (5/4) misalnya, ratusan ribu warga Amerika Serikat (AS) turun ke jalan di berbagai penjuru negeri, untuk memprotes kebijakan Presiden Donald Trump serta Elon Musk, pengusaha teknologi yang kini menjabat sebagai penasihat senior sekaligus memimpin lembaga tidak resmi bernama Department of Government Efficiency (DOGE).
DOGE berperan besar dalam langkah besar-besaran merampingkan pemerintahan federal AS. Aksi unjuk rasa tersebut mengusung slogan utama “Hands Off” atau seruan “Jangan ikut Campur.”
Aksi protes berskala nasional itu digelar di hampir 1.000 lokasi, termasuk di kota-kota besar seperti Washington, DC, New York City, dan Boston. Menurut penyelenggara, jumlah massa mencapai ratusan ribu orang.
Para demonstran membawa berbagai poster bertuliskan pesan seperti “Fasisme tidak punya tempat di sini,” “AS bukan kerajaan,” dan “Jangan ganggu demokrasi kami.”
Banyak pengunjuk rasa secara eksplisit menyoroti peran Trump dan Musk, dengan poster bertuliskan “Tidak ada yang memilih Elon Musk” dan “Tak butuh Raja, Diktator, Fasis, maupun Muskrat.”
Aksi itu digagas oleh gerakan bernama 50501, yang merujuk pada misi mereka: “50 aksi protes, di 50 negara bagian, dalam satu gerakan.”
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: