
Fajar.co.id, Jakarta -- Beberapa waktu terakhir, nama Raja Ampat, jadi sorotan publik. Tidak hanya di Indonesia tetapi juga dunia.
Hal itu tidak lepas dari polemik tambang nikel yang dinilai merusak kondisi alami destinasi wisata yang dijuluki The Last Paradise (Surga Terakhir) itu.
Sejumlah akun bercentang biru di Facebook, salah satunya Mamang Badar, membagikan kisah legenda terkait penamaan gugusan pulau di Papua Barat itu.
Dikisahkan bahwa pada masa lampau, di tanah yang kini dikenal sebagai Papua Barat, hiduplah seorang perempuan sederhana.
Saat menyusuri hutan, ia menemukan tujuh butir telur yang tak biasa. Ia bawa pulang telur-telur itu, dan dari sanalah kisah besar bermula.
Empat dari tujuh telur itu menetas menjadi empat pangeran gagah. Mereka kelak menjadi raja yang memerintah di empat pulau besar:
Masing-masing Waigeo, Salawati, Batanta, dan Misool.
Keempat pangeran ini membawa kebijaksanaan dan wibawa, sehingga masing-masing mendirikan kerajaan di pulau tempat mereka berkuasa. Dari sinilah muncul nama “Raja Ampat”, yang berarti Empat Raja.
"Sedangkan tiga telur lainnya tidak menetas seperti yang lain, " tulis akun tersebut, dikutip Minggu, (15/6/2025).
Satu dipercaya menghilang secara misterius. Satu menjadi batu. Dan, satu berubah menjadi makhluk gaib penjaga wilayah.
Kini, Raja Ampat bukan hanya legenda, tetapi juga sebuah gugusan pulau yang dikenal dunia karena keindahan lautnya—dengan karang-karang yang menari, ikan-ikan warna-warni, dan warisan budaya yang hidup dari zaman ke zaman. (bs-sam/fajar)
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: