Uji Klinis Vaksin TBC Bukanlah ‘Kelinci Percobaan’

21 hours ago 8
Kasri Riswadi

Oleh: Kasri Riswadi
Ketua Yayasan Masyarakat Peduli Tuberkulosis (Yamali TB)

Belakangan ini, kita diramaikan dengan pembicaraan soal uji klinis tahap 3 vaksin TBC. Isu itu mencuat setelah diketahui adanya kerjasama antara pemerintah Indonesia dan Yayasan Bill & Melinda Gates yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara tempat berlangsungnya uji klinis ini. Sontak hal tersebut menimbulkan kontroversi. Alih-alih dianggap sebagai langkah maju, sebagian masyarakat justru merasa curiga. Dari stigma “kelinci percobaan”, motif ekonomi industri farmasi, gerakan anti-vaksin, hingga teori konspirasi tentang pengurangan populasi melalui vaksinasi. Di linimasa media sosial bahkan sempat tersiar hoax bahwa vaksin TBC akan menjadi syarat penerbangan atau naik pesawat.

Asumsi dan ketidakpercayaan ini tentu bukan tanpa alasan. Situasi global dan berbagai kebijakan publik yang seolah selalu membenerakan skeptisisme banyak pihak memperkeruh hal itu. Tak heran, sebagian orang langsung menolak mentah-mentah setiap program yang menyentuh langsung tubuh mereka, termasuk vaksin TBC. Padahal kita perlu melihat ini secara lebih utuh untuk tidak terjebak dalam keramaian opini dan asumsi liar tentang vaksin yang dinamai M72 tersebut.

TBC dan Persoalannya

Kita perlu memahami terlebih dahulu bahwa TBC merupakan penyakit klasik yang telah eksis sejak ditemukan pada 24 Maret 1882. Meskipun sudah ada pengobatannya, ia masih tetap mengancam, terlebih di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Merujuk laporan World Health Organization (WHO) Global TB tahun 2024, diperkirakan estimasi pengidap TBC di Indonesia mencapai 1.090.000 kasus dan 125.000 kematian setiap tahun, yang berarti ada sekitar 14 kematian setiap jamnya. Data Kemenkes tahun 2024, ditemukan sekitar 885 ribu kasus, dengan distribusi yang menunjukkan bahwa 496 ribu kasus terjadi pada laki-laki, 359 ribu pada perempuan, serta 135 ribu kasus pada anak-anak usia 0-14 tahun. Statistik ini menegaskan urgensi peningkatan upaya pencegahan dan pengobatan di seluruh wilayah Indonesia.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:

Read Entire Article
Relationship |